Bloomberg (16/12) - Minyak
mentah Brent rebound dari penurunan mingguan terbesarnya sejak bulan
Oktober lalu setelah pemberontak Libya menolak menyerahkan kontrol dari
tiga pelabuhan minyak kepada pemerintah.Minyak
brent berjangka naik sebanyak 0,7 persen. Minyak kelas Laut Utara
meluncur 2,5 persen pada pekan lalu seiring spekulasi port, yang ditutup
sejak bulan Juli, akan dibuka kembali. Ibrahim Al Jedran, seorang
pemimpin pemberontak Libya, mengatakan pada konferensi pers kemarin
bahwa terminal ekspor minyak dari Es Sider, Ras Lanuf dan Zueitina akan
tetap ditutup setelah pemerintah menolak kondisinya. Output minyak dari
Negara tersebut, terbukti memiliki cadangan minyak terbesar di Afrika,
turun menjadi 210.000 barel per hari bulan lalu, level terendahnya sejak
2011.Minyak
Brent untuk pengiriman Januari, yang berakhir hari ini, naik sebanyak
73 sen menjadi US$ 109,56 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis
London. Kontrak berjangka Februari yang lebih aktif diperdagangkan naik
74 sen lebih tinggi pada level harga US$ 109,06 pada pukul 9:52 waktu
Singapura.Minyak
WTI untuk pengiriman Januari turun 7 sen menjadi US$ 96,53 per barel di
New York Mercantile Exchange. Volume semua berjangka yang
diperdagangkan sekitar 10 persen di bawah rata-rata perdagangan 100
hari. Minyak mentah patokan AS lebih rendah berada di level harga US$
12,97 untuk minyak Brent, dibandingkan dengan perdagangan pada tanggal
13 Desember yang berada pada level harga US$ 12,35. (izr