Kurs dolar AS
melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya, Selasa pagi
WIB, karena para pedagang menunggu petunjuk dari pertemuan dua hari
Federal Reserve (Fed) yang dimulai Rabu WIB.
Para analis memperkirakan bank sentral AS bisa memberikan petunjuk
baru tentang waktu kenaikan suku bunga ketika mengakhiri pertemuan
kebijakan dua hari pada Rabu (18/6).
Setelah pertemuan pada Mei, Federal Reserve mengumumkan pemotongan
lebih lanjut program pembelian obligasi bulanannya sebesar 10 miliar
dolar AS menjadi 45 miliar dolar AS, mengacu pada pertumbuhan ekonomi AS
yang telah meningkat sebagai prasyarat.
Data ekonomi AS datang bergairah pada Senin. Aktivitas manufaktur
di wilayah New York pada Juni meningkat secara signifikan untuk bulan
kedua berturut-turut, dengan indeks kondisi bisnis umum Empire State
mencatat 19,3, setelah mendekati tertinggi empat tahun dari 19,0 pada
Mei, Federal Reserve New York melaporkan. Selain itu, produksi industri
AS naik 0,6 persen pada Mei setelah turun 0,3 persen pada April, kata
Federal Reserve AS.
Sementara kepercayaan pengembang AS di pasar untuk bangunan baru,
rumah keluarga tunggal, naik menjadi 49 pada Juni, menurut Indeks Pasar
Perumahan Asosiasi Nasional Pengembang Perumahan/Wells Fargo yang
dirilis Senin. Indeks kepercayaan tetap satu poin di bawah ambang batas
untuk apa yang dianggap kondisi bangunan baik, tapi masih mengalahkan
ekspektasi pasar.
Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,3570 dolar
dari 1,3533 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi
1,6979 dolar dari 1,6970 dolar.
Dolar Australia turun menjadi 0,9395 dolar dari 0,9398 dolar. Dolar
AS dibeli 101,83 yen Jepang, lebih rendah dari 102,02 yen pada sesi
sebelumnya. Greenback bergerak turun menjadi 0,8974 franc Swiss
dari 0,9005 franc Swiss dan turun menjadi 1,0853 dolar Kanada dari
1,0855 dolar Kanada.
17 Juni 2014
Rupiah melemah menjadi Rp11.851 per dolar
Juni 17, 2014
News Market
Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta. Selasa pagi, melemah menjadi Rp11.851 per dolar AS.
"Konflik Irak yang muncul di akhir pekan lalu, masih menjadi
penggerak pasar yang negatif bagi aset berisiko, salah satunya rupiah,"
kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta,
Selasa.
Ia menambahkan eskalasi konflik di Irak mendorong kenaikan harga
minyak mentah dunia sekaligus menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan
sehingga sentimen alih risiko dari negara berkembang membayangi
pergerakan pasar.
Ariston mengatakan beberapa data Amerika Serikat yang akan dirilis
seperti inflasi serta angka penjualan rumah menjadi perhatian pasar.
Selain itu, AS juga akan merilis data kepemilikan asing atas obligasi
pemerintah yang diprediksi meningkat.
"Meningkatnya investasi asing di Amerika Serikat bisa mendorong
penguatan dolar AS lebih lanjut terhadap mata uang dunia," katanya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan
ekspektasi inflasi yang tinggi menyusul kenaikan tarif dasar listrik
(TDL) pada Juli nanti membuat mata uang rupiah tertekan.
"Pengaruh inflasi terhadap rupiah cukup besar, ekspektasi
meningkatnya inflasi akan membuat nilai tukar domestik agak berat untuk
berada di area positif," katanya.
Namun, lanjut dia, tekanan yang terjadi pada mata uang rupiah
diperkirakan tidak terlalu dalam karena Bank Indonesia masih menjaga
fluktuasinya sesuai dengan fundamental ekonomi domestik.
Wall Street berakhir naik jelang pertemuan Fed
Juni 17, 2014
News Market
(A026)
Timur Tengah lebih minati Toyota buatan Indonesia
Juni 17, 2014
News
Pasar di negara-negara Timur Tengah lebih meminati mobil-mobil Toyota
yang dibuat di Indonesia karena dinilai lebih memenuhi standar global,
kata PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). "Dari pasar Timur
Tengah itu justru meminta produk-produk Toyota yang dari Indonesia.
Mereka prefer (lebih suka) mobil buatan Indonesia daripada buatan negara Asia
lainnya," kata Direktur PT TMMIN I Made Dana Tangkas di Jakarta, Kamis. Toyota melebarkan sayap dengan mengekspor kendaraan roda empatnya yang dibuat di Karawang, Jawa Barat ke beberapa negara. Menurut
Made, negara-negara Timur Tengah menjadi tujuan ekspor terbanyak,
sedangkan model terbaru diekspor adalah sedan Vios "made in" Karawang. Perusahaan
otomotif raksasa itu juga memperluas pasar ekspor MPV (multi purpose
vehicle) Avanza-nya ke negara tujuan ekspor baru di Timur Tengah. Adapun
ekspansi ekpor Avanza di Timur Tengah itu dilakukan ke enam negara
tujuan baru, yakni Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Yaman, Omar. "Sesuai
rencana, ekspor perdana sejumlah 5.000 CBU Avanza pada 2014 ini akan
dikirim ke negara-negara di Timur Tengah," ujar Made. Menurut
dia, mobil-mobil hasil produksi di Indonesia lebih diminati karena
kualitasnya memenuhi standar kualitas global dan standar negara tujuan
ekspor, bahkan produk Toyota hasil buatan Indonesia bisa masuk pasar
Jepang dan Amerika Latin.
Langganan:
Postingan (Atom)