Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

26 September 2014

Wall Street jatuh didorong data lemah dan kekhawatiran geopolitik

Saham-saham di Wall Street turun tajam pada Jumat, dengan ketiga indeks utama terjun lebih dari satu persen, karena penurunan pesanan barang tahan lama dan meningkatnya kekhawatiran risiko geopolitik para investor. Indeks-indeks acuan mencatat penurunan terburuk mereka dalam hampir dua bulan. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup pada terendah sepanjang sesi di 16.945,80 poin, jatuh 264,26 poin, atau 1,54 persen, lapor Xinhua. Indeks S&P 500 merosot 32,31 poin, atau 1,62 persen, menjadi berakhir di 1.965,99 dan indeks komposit teknologi Nasdaq tergelincir 88,47 poin, atau 1,94 persen, menjadi 4.466,75 terbebani oleh Apple. Pesanan baru untuk barang tahan lama manufaktur jatuh 18,2 persen pada Agustus, kata Departemen Perdagangan AS pada Kamis. Penurunan sebagian diimbangi lonjakan 22,5 persen pada Juli didorong oleh permintaan yang kuat untuk pesawat komersial. Sementara itu, jumlah orang Amerika mengajukan klaim awal untuk tunjangan pengangguran dalam pekan yang berakhir 20 September naik 12.000 ke penyesuaian musiman 293.000, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan. Meskipun meningkat, klaim awal tetap mendekati terendah pra-resesi, tanda bahwa pasar tenaga kerja AS terus membaik. Aktivitas sektor jasa AS terus berkembang pada September tetapi pada kecepatan yang lebih lambat, kata perusahaan data keuangan Markit. Indeks pembelian manajer sektor jasa AS yang disesuaikan secara musiman tercatat 58,5 pada September, turun dari angka akhir untuk Agustus 59,5, tetapi masih jauh di atas ambang batas netral 50,0. Para analis juga menyebutkan meningkatnya risiko geopolitik di Rusia sebagai alasan untuk penurunan, setelah laporan-laporan menunjukkan bahwa rancangan undang-undang yang diajukan ke parlemen Rusia pada Rabu akan memungkinkan pengadilan Rusia untuk menyita aset-aset asing di wilayahnya. Dalam berita perusahaan, saham Apple telah terbanting pada Kamis, jatuh 3,81 persen menjadi berakhir pada 97,87 dolar AS per saham, karena pembuat iPhone sedang berjuang untuk memperbaiki gangguan dalam sistem operasinya yang baru. Volatilitas pasar meningkat tajam selama pekan ini, tetapi analis mengatakan itu masih di bawah rata-rata historis. Indeks volatilitas CBOE, sering disebut sebagai ukuran ketakutan Wall Street, melompat 17,86 persen menjadi berakhir pada 15,64 pada Kamis.

Bursa saham Tokyo dibuka turun 1,75 persen

Bursa saham Tokyo dibuka 1,75 persen lebih rendah pada Jumat, setelah aksi jual di Wall Street dan jatuhnya dolar terhadap yen. Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo, yang ditutup pada tertinggi tujuh tahun pada Kamis (25/9), kehilangan 286,19 poin menjadi 16.087,95 di awal perdagangan. Saham-saham AS merosot pada Kamis dipimpin oleh penurunan saham Apple 3,8 persen, di tengah kombinasi kekhawatiran atas penilaian yang gegabah dan aksi ambil untung akhir kuartal. Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir turun 1,54 persen sementara indeks berbasis luas S&P 500 kehilangan 1,62 persen. Indeks komposit teknologi Nasdaq jatuh 1,94 persen karena Apple menghadapi masalah memalukan dengan sistem operasi barunya dan kritik bahwa iPhone baru terlalu mudah melengkung sehingga bisa jatuh dari kantong celana atau kemeja. Dolar berada di 108,56 yen pada awal perdagangan Jumat, turun dari 108,73 yen di New York pada Kamis sore dan di atas 109 yen di Tokyo pada Kamis pagi. Sebuah yen kuat adalah negatif bagi pengekspor Jepang karena mengikis keuntungan ketika dipulangkan. Euro dibeli 1,2758 dolar dan 138,49 yen terhadap 1,2750 dolar dan 138,62 yen di perdagangan AS. Kurs mata uang nyaris tidak bergerak setelah data Jepang menunjukkan inflasi konsumen negara itu naik lebih lambat dari yang diperkirakan di 3,1 persen tahun-ke-tahun pada Agustus.

Rupiah Jumat pagi menguat jadi Rp11.960

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat tipis sebesar sembilan poin menjadi Rp11.960 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.969 per dolar AS. Analis Woori Korindo Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa laju nilai tukar rupiah bergerak menguat menyusul salah satu data AS yakni pesanan peralatan turun dan klaim pengangguran meningkat. "Kondisi itu membuat ekspektasi di pasar bahwa The Fed tidak akan segera menaikkan suku bunganya. Pelaku pasar juga menanggapi komentar Gubernur The Fed yang meminta pelaku pasar sabar menunggu kepastian suku bunga AS," katanya. Menurut dia, komentar tersebut dipersepsikan bahwa the Fed masih mencari waktu yang pas untuk menaikkan suku bunganya sehingga sebagian pelaku pasar cenderung kembali mentransaksikan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah meski tidak terlalu agresif. Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan rupiah masih cenderung terbatas, mata uang dolar AS masih terjaga pada level tinggi seiring dengan ekspektasi pelaku pasar yang masih cukup kuat bahwa kenaikan suku bunga acuan AS bisa lebih cepat dari proyeksi. "Beberapa faktor fundamental yang mendukung yakni the Fed masih berada di jalurnya untuk mengakhiri program quantitative easing (QE) dan kemungkinan kenaikan suku bunga di pertengahan tahun depan seperti yang di rencanakan," katanya. Di sisi lain, lanjut dia, juga belum terlihat adanya perbaikan ekonomi yang signifikan di negara-negara berkembang.