Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

24 Agustus 2015

BI buka kas titipan pelayanan uang rusak

KONTAK PERKASA FUTURES -  Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua di Jayapura membuka kas titipan di Kabupaten Merauke, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Timika, Provinsi Papua dan Sorong, Provinsi Papua Barat, untuk pelayanan penukaran uang rusak atau tidak layak edar.  Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Roman Megawati, di Jayapura, Sabtu, mengatakan bahwa BI sudah membuka kas titipan di beberapa Kabupaten di Provinsi Papua, yakni di Kabupaten Merauke, Timika, dan Kabupaten Biak Numfor, dengan plafon dana yang berbeda.  Selain itu, menurut dia, BI juga membuka kas titipan di wilayah Sorong, Provinsi Papua Barat. Untuk wilayah Merauke mendapat anggaran senilai Rp 75 miliar untuk pelayanan kas titipan, Biak Rp 100 miliar, Timika Rp 150 miliar dan Sorong sebanyak Rp 350 miliar. Dia mengatakan, pembukaan kas titipan itu untuk memberikan pelayanan penukaran uang tidak layak edar yang masih beredar di masyarakat setempat.  Untuk wilayah Merauke, menurut dia, BI membuka kas titipan di Bank Papua Merauke, sedangkan di Biak, Timika dan Sorong kas titipannya dibuka di Bank Mandiri setempat.  Ia menjelaskan, BI rutin melakukan pendropan dana sesuai dengan plafonnya tiap tiga bulan sekali dan terus melakukan pengawasan.  "Jadi, seharusnya uang tidak layak edar di wilayah yang sudah ada kas titipan itu minim, karena sudah ada ada pelayanan kas titipan di sana," ujarnya. Ia menambahkan, "Namun, tergantung perbankan yang bersangkutan, bagus tidak hubungannya dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat."

Wall Street anjlok dipicu kekhawatiran terhadap Tiongkok

KONTAK PERKASA FUTURES - Saham-saham di Wall Street anjlok lebih dari tiga persen pada Sabtu pagi karena masalah ekonomi Tiongkok memicu aksi jual besar-besaran dua hari berturut-turut. Dalam sesi tunggal terburuk dalam hampir empat tahun, Dow Jones Industrial Average kehilangan lebih dari 500 poin atau 3,12 persen sedangkan indeks lebih luas S&P 500 merosot 3,19 persen dan indeks komposit Nasdaq turun 3,52 persen. Kemerosotan itu menyusul penurunan serupa di pasar Asia dan Eropa, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pelambatan Tiongkok akan menahan pertumbuhan di seluruh dunia dan bahkan memukul ekonomi Amerika Serikat yang relatif kuat. Memimpin penurunan di antara perusahaan terkemuka adalah perusahaan terbesar di dunia berdasarkan valuasi pasar Apple, yang kehilangan 6,1 persen atau sekitar 37 miliar dolar AS pada nilainya. Tetapi penurunan menjalar ke seluruh papan teknologi, energi, industri, dan perusahaan pembiayaan. Semua terpapar signifikan penurunan yang dipimpin Tiongkok dalam ekonomi global: Microsoft kehilangan 5,7 persen, Chevron turun 4,4 persen, Bank of America merosot 3,7 persen, Boeing berkurang 3,9 persen, dan General Motors jatuh 4,0 persen. Dow Jones Industrial Average, yang didukung serangkaian rekor tertinggi tahun ini, berakhir turun 530,94 poin menjadi 16.459,75.  Aksi jual selama dua hari menghapus setiap keuntungan yang dibuat pada 2015, mengambil indeks 30 saham unggulan (blue chips) -- dengan Apple terbesar -- ke tingkat terendah sejak Oktober tahun lalu. Indeks S&P 500 kehilangan 64,84 poin menjadi 1.970,89, juga membawanya kembali ke tingkat Oktober lalu. Komposit Nasdaq, yang telah mencatat keuntungan terkuat tahun ini, merosot 171,45 poin pada 4.706,04, sekitar 30 poin di bawah posisi akhir 2014. "Sentimen bergeser dalam cara yang sangat negatif dan Anda benar-benar melihat tidak ada tempat untuk bersembunyi hari ini," kata David Levy dari Kenjol Capital Management. Dia mengatakan aksi jual itu "berlebihan" tetapi menambahkan bahwa, tanpa berita positif, "tidak ada alasan bagi pembeli untuk masuk." "Anda harus menjaga sabuk pengaman Anda," katanya. Patrick OHare dari Briefing.com mengatakan bahwa yang mendasari aksi jual karena investor kehilangan kepercayaan pada kemampuan bank-bank sentral dari Beijing hingga Washington menggunakan kebijakan moneter mereka untuk merangsang pertumbuhan. Tetapi OHare juga menunjuk valuasi terlalu tinggi untuk saham AS baru-baru ini memberikan prospek pertumbuhan moderat dalam ekonomi AS. Intensitas aksi jual sama dengan di Eropa, di mana indeks utama kehilangan antara 2,8 persen hingga 3,2 persen. "Kami memiliki situasi ekonomi yang menantang di Tiongkok, yang kini telah mengambil langkah ekstrem mendevaluasi mata uangnya untuk mendukung ekonomi. Pelemahan itu merambah melalui pasar negara-negara berkembang dan sektor industri global," kata Lisa Emsbo-Mattingly, direktur alokasi aset di Fidelity, dalam catatan untuk nasabahnya. Harga obligasi meningkat di tengah pasar bearish dan penurunan 1,3 persen dalam dolar AS terhadap euro, menjadi 1,1375 dolar AS.  Imbal hasil pada obligasi pemerintah Amerika Serikat berjangka 10-tahun turun menjadi 2,05 persen dari 2,07 persen, sedangkan pada obligasi 30-tahun merosot ke 2,74 persen dari 2,75 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan arah

Emas naik didorong pelemahan dolar dan ekuitas AS

KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik pada Sabtu pagi, karena dolar AS melemah dan ekuitas lebih rendah. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 6,4 dolar AS, atau 0,55 persen, menjadi menetap di 1.159,60 dolar AS per ounce, lapor Xinhua. Untuk minggu ini, emas berjangka meningkat 4,21 persen, kenaikan mingguan terbesar sejak pekan yang berakhir 16 Januari tahun ini. Emas mendapat dukungan ketika pasar ekuitas AS jatuh dan indeks dolar AS juga turun. Indeks dolar adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.  Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar melemah maka emas berjangka akan naik, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih murah bagi investor. Penurunan di pasar ekuitas dan dolar yang lebih lemah dipengaruhi oleh petunjuk kuat bahwa bank sentral AS bahwa tingkat suku bunga Federal Reserve tidak akan dinaikkan pada September. Kenaikan suku bunga Fed mendorong investor menjauh dari emas dan menuju aset-aset dengan tingkat pengembalian atau imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan suku bunga. Belum ada peningkatan suku bunga The Fed sejak Juni 2006, sebelum awal krisis keuangan Amerika. Selain itu, sebuah laporan yang dirilis oleh Markit pada Jumat menunjukkan bahwa pertumbuhan bulanan dalam sampel PMI manufaktur Markit berada pada posisi paling lambat sejak Oktober 2013, jauh lebih rendah dari perkiraan 52,9 untuk Agustus. Perak untuk pengiriman September turun 21,6 sen, atau 1,39 persen, menjadi ditutup pada 15,301 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 7,8 dolar AS, atau 0,75 persen, menjadi ditutup pada 1.027,10 dolar AS per ounce.

Dolar melemah karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS berkurang


KONTAK PERKASA FUTURES - Kurs dolar AS jatuh terhadap sebagian besar mata uang utama pada Sabtu pagi, karena investor menurunkan ekspektasi mereka untuk kenaikan suku bunga pada September setelah rilis data ekonomi dari Tiongkok lemah. Indeks Pembelian Manager (PMI) umum Caixin Tiongkok mundur ke 47,1 pada Agustus dari 47,8 pada Juli, tingkat terendah sejak Maret 2009, lapor Xinhua. Para analis mengatakan data Tiongkok yang lemah menambahkan kemerosotan pada harga komoditas, meningkatkan ketidakpastian tentang waktu Federal Reserve menaikkan suku bunganya. Mereka mencatat bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan konsumen, menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan ekonomi global. Dolar AS lebih lanjut di bawah tekanan karena data ekonomi negara itu keluar negatif. Perusahaan data keuangan Markit melaporkan Jumat bahwa manufaktur AS menunjukkan kehilangan momentum baru selama Agustus. PMI manufaktur AS disesuaikan secara musiman dari Markit merosot dari 53,8 pada Juli menjadi 52,9 pada Agustus, gagal memenuhi konsensus pasar 54,2. Angka tetap di atas ambang batas netral 50,0, tetapi tercatat sebagai terendah sejak Oktober 2013. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 1,04 persen menjadi 94,981 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,1359 dolar dari 1,1193 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,5703 dolar dari 1,5672 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia beringsut turun menjadi 0,7329 dolar dari 0,7337 dolar. Dolar AS dibeli 122,06 yen Jepang, lebih rendah dari 123,48 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS menukik ke 0,9486 franc Swiss dari 0,9619 franc Swiss, dan melonjak ke 1,3170 dolar Kanada dari 1,3097 dolar Kanada.