Kurs dolar Amerika
Serikat terhadap beberapa mata uang utama dunia pulih pada Rabu, ketika Ketua Federal Reserve Janet Yellen memulai kesaksian
dua hari kepada Kongres Amerika Serikat dan data ekonomi yang keluar
bervariasi.
Pada akhir perdagangan di New York, euro jatuh menjadi 1,3568 dolar
AS dari 1,3618 dolar AS pada sesi sebelumnya, dolar Australia merosot ke 0,9373 dolar AS
dari 0,9391 dolar AS, dan pound Inggris naik menjadi
1,7146 dolar AS dari 1,7080 dolar AS. Poundsterling Inggris menguat terhadap dolar setelah Kantor
Statistik Nasional melaporkan harga konsumen naik pada tingkat tahunan
sebesar 1,9 persen pada Juni, yang lebih tinggi dari perkiraan dan
memicu spekulasi bahwa bank sentral Inggris, Bank of England (BoE),
kemungkinan mulai segera menaikkan suku bunganya. Selain itu, dolar AS dibeli 101,71 yen Jepang, lebih tinggi dari 101,58 yen pada
sesi sebelumnya, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua. Dolar AS juga naik menjadi 0,8959 franc Swiss dari 0,8919 franc
Swiss, dan bergerak naik menjadi 1,0760 dolar Kanada dari 1,0714 dolar
Kanada. Selama kesaksian semi-tahunannya tentang kebijakan
moneter kepada Komite Perbankan Senat pada Selasa, Yellen mempertahankan
nada dovish sesuai perkiraan para analis.
Yellen mengatakan pasar tenaga kerja Amerika Serikat masih lemah
meskipun data pekerjaan terbaru menguat dan mengindikasikan kemungkinan
The Fed akan mempertahankan suku bunga rendah untuk "jangka waktu yang
cukup" setelah pembelian obligasi berakhir.
Di sisi ekonomi, aktivitas manufaktur di wilayah New York meningkat
secara signifikan untuk bulan ketiga berturut-turut pada Juli, dengan
indeks manufaktur Empire State meningkat menjadi 25,6, tertinggi dalam
lebih dari empat tahun.
Selain itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel
dan layanan makanan AS naik 0,2 persen pada Juni disesuaikan secara
musiman, tetapi lebih rendah dari ekspektasi.
Persediaan bisnis AS, komponen penting dari perubahan produk
domestik bruto (PDB), naik 0,5 persen pada Mei. Angka itu sedikit di
bawah konsensus pasar, tetapi masih menunjukkan peningkatan dalam
ekonomi AS pada kuartal kedua. (Uu.A026)
16 Juli 2014
Bursa saham Hong Kong ditutup menguat 0,49 persen
Juli 16, 2014
Hangseng
Saham-saham Hong
Kong ditutup 0,49 persen lebih tinggi pada Selasa, mengambil dukungan
dari kenaikan kedua hari berturut-turut di Wall Street, sementara
investor menunggu rilis data pertumbuhan Tiongkok. Indeks acuan
Hang Seng menambahkan 113,29 poin menjadi berakhir pada 23.459,96 dengan
nilai transaksi sebesar 52,01 miliar dolar Hong Kong (6,16 miliar dolar
AS).
Di Tiongkok, indeks komposit Shanghai berakhir naik 0,18 persen,
atau 3,71 poin menjadi 2.070,36 dengan nilai transaksi 102,9 miliar yuan
(16,6 miliar dolar AS).
Indeks komposit Shenzhen, yang melacak saham di bursa kedua
Tiongkok, turun 0,38 persen atau 4,30 poin, menjadi 1.116,75 dengan
nilai transaksi 144,8 miliar yuan, demikian AFP melaporkan.
Kurs rupiah melemah jadi Rp11.789 per dolar
Juli 16, 2014
News Market
Kurs rupiah dalam
transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah 53 poin menjadi
Rp11.789 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin Rp11.736 per
dolar AS.
"Dolar AS kembali bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang
negara berkembang di Asia, termasuk rupiah setelah Ketua Federal Reserve
Janet Yellen menyampaikan bahwa suku bunga dapat dinaikan lebih cepat,"
kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengemukakan bahwa data ekonomi Amerika Serikat cenderung terus
membaik sehingga The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari
perkiraan.
"The Fed membuka kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun 2015 mendatang," katanya.
Di sisi lain, ia menambahkan, program pengurangan stimulus keuangan
Amerika Serikat yang kemungkinan berakhir Oktober 2014 menambah
sentimen negatif bagi rupiah.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan,
minimnya sentimen positif di pasar uang dalam negeri kembali menekan
nilai terhadap dolar AS.
Sentimen yang menurut dia juga ikut menahan penguatan rupiah adalah
sikap pelaku pasar uang yang masih menanti hasil pemilihan umum
presiden 22 Juli mendatang.
"Yang dikhawatirkan pelaku pasar uang dari faktor politik yakni isu
keamanan pasca 22 Juli nanti, sentimen itu yang membuat nilai tukar
rupiah cenderung melemah," katanya.
Langganan:
Postingan (Atom)