Kurs rupiah dalam
transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah 53 poin menjadi
Rp11.789 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin Rp11.736 per
dolar AS.
"Dolar AS kembali bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang
negara berkembang di Asia, termasuk rupiah setelah Ketua Federal Reserve
Janet Yellen menyampaikan bahwa suku bunga dapat dinaikan lebih cepat,"
kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengemukakan bahwa data ekonomi Amerika Serikat cenderung terus
membaik sehingga The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari
perkiraan.
"The Fed membuka kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun 2015 mendatang," katanya.
Di sisi lain, ia menambahkan, program pengurangan stimulus keuangan
Amerika Serikat yang kemungkinan berakhir Oktober 2014 menambah
sentimen negatif bagi rupiah.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan,
minimnya sentimen positif di pasar uang dalam negeri kembali menekan
nilai terhadap dolar AS.
Sentimen yang menurut dia juga ikut menahan penguatan rupiah adalah
sikap pelaku pasar uang yang masih menanti hasil pemilihan umum
presiden 22 Juli mendatang.
"Yang dikhawatirkan pelaku pasar uang dari faktor politik yakni isu
keamanan pasca 22 Juli nanti, sentimen itu yang membuat nilai tukar
rupiah cenderung melemah," katanya.