Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

21 Oktober 2015

Emas naik setelah dolar melemah jelang pertemuan ECB

KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik pada Rabu pagi, karena dolar AS melemah terhadap euro menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB).Xinhua melaporkan, kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 4,70 dolar AS, atau 0,40 persen, menjadi menetap di 1.177,50 dolar AS per ounce.Logam mulia naik menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis, di mana para analis percaya Gubernur ECB Mario Draghi akan memberikan indikasi apakah ya atau tidak tentang rumor kemungkinan perluasan pelonggaran kuantitatif. Draghi telah mengisyaratkan potensi pelonggaran kuantitatif tambahan pada pertemuan ECB sebelumnya pada September.Emas mendapat dukungan tambahan ketika pasar bersiap untuk pertemuan ECB, karena indeks dolar AS turun sebesar 0,16 menjadi 94,76 pada pukul 16.15 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap mata uang utama.Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar turun maka emas berjangka akan naik, karena emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi investor.Sebuah laporan yang dirilis oleh kementerian perdagangan AS menahan emas dari kenaikan lebih jauh, karena menunjukkan perumahan yang baru dibangun meningkat 6,5 persen ke tingkat tahunan 1,206 juta unit. Ini lebih baik dari yang diharapkan, dan para analis mencatat kekuatan dalam ukuran rumah baru multi-keluarga meningkat sangat kuat dengan 18,3 persen ke tingkat tahunan 466.000 unit.Sementara perak untuk pengiriman Desember naik 7,60 sen, atau 0,48 persen, menjadi ditutup pada 15,917 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 5,50 dolar AS, atau 0,54 persen, menjadi ditutup pada 1.020,10 dolar AS per ounce.

BURSA SAHAM Tokyo berakhir naik 0,42 persen

KONTAK PERKASA FUTURES - BURSA SAHAM Tokyo berakhir menguat pada Selasa, dengan indeks acuan ditutup naik 0,42 persen karena investor masuk kembali ke pasar setelah aksi jual saham-saham didorong kondisi Tiongkok.AFP melaporkan, indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo naik 75,92 poin menjadi berakhir pada 18.207,15, sedangkan indeks Topix dari seluruh saham papan utama bertambah 0,30 persen atau 4,53 poin menjadi 1.499,28. Sebelumnya,BURSA SAHAM Tokyo naik 114,31 poin menjadi 18.245,54 dalam pembukaan perdagangan.

Sebanyak 13 perusahaan sedang proses IPO

KONTAK PERKASA FUTURES - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengemukakan bahwa sebanyak 13 perusahaan sedang dalam pelaksanaan penawaran umum perdana saham (IPO). "Sekitar 11 perusahaan berpotensi akan mencatatkan saham perdananya di BEI pada tahun ini, sisanya pada tahun depan. Diharapkan proses IPO-nya lancar," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Selasa. Akhir pekan lalu (Jumat, 16/10), dia mengemukakan bahwa PT Banks Artos Indonesia telah melakukan paparan mini perihal rencana IPO. Perusahaan mencanakan untuk melepas sekitar 20 persen saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Tercatat, modal inti Bank Artos sebesar Rp107,29 miliar per Juni 2015. Samsul Hidayat juga mengatakan bahwa pada awal pekan depan (Senin, 26/10), BEI akan kedatangan emiten baru, yakni PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk.HARGA SAHAM perdana Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. itu sebesar Rp200 per lembar. "Jadi, dengan dicatatkannya saham Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. nanti, total perusahaan yang listing di BEI menjadi 14 emiten di sepanjang tahun 2015. Diharapkan target 22 perusahaan melaksanakan IPO dapat tercapai," katanya. Sebelumnya, pada tanggal 28 September 2015, saham dan waran I PT Victoria Insurance Tbk. resmi dicatatkan di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten ke-13 pada tahun 2015 dengan kode VINS. Samsul Hidayat juga mengharapkan pada tahun 2016 minat perusahaan melakukan IPO lebih bagus menyusul adanya harapan dari perekonomian Indonesia yang akan tumbuh. "Semoga tahun depan IPO bisa bagus, mengingat indeksHARGA SAHAMgabungan (IHSG) saat ini juga sudah mulai naik, itu merupakan efek psikologis dari pertumbuhan ke depannya," ujarnya.

Kabut Asap Indonesia Ancam Gelaran GP Malaysia

KONTAK PERKASA FUTURES - Seri balap MotoGP ke-17 bakal bermuara di Sirkuit Internasional Sepang (SIC), Malaysia, Minggu (25/10/2015) nanti. Sayangnya, pecinta balap motor yang ingin menyaksikan aksi Valentino Rossi dkk sedang dihantui bencana kabut asap yang menyelimuti langit Negeri Jiran akibat kebakaran lahan di Indonesia. kabut asap Indonesia sudah menjalar sampai Malaysia. Kota Nilai dan Banting sebagai kawasan yang terdekat dengan Sirkuit Sentul, kadar udaranya sudah mencapai 100 (berdasarkan Indeks Polusi Udara (IPU). CEO Sirkuit Sepang Datuk Razlan Razali mengatakan, pihaknya saat ini belum bisa memberi kepastian soal gelaran balap MotoGP yang berlangsung pekan ini. Mereka masih menunggu keputusan Dorna selaku pemegang hak komersial balapan. "Saya akui kondisi kabut ini memang mengkhawatirkan sebab tidak hanya mengganggu jarak penglihatan, tetapi juga kesehatan pembalap dan penonton datang menyaksikan GP Malaysia. Sebagai tuan rumah, SIC harus mematuhi protokol cuaca buruk yang telah ditentukan Dorna," jelas Razali seperti dilansir media Malaysia utusan.com.my, Selasa (20/10/2015). "Kami akan berbincang dengan Dorna terlebih dahulu yang tiba hari ini untuk meminta tanggapan terkait masalah ini sebab kami tidak bisa memutuskan sendiri,"Razlan menambahkan, gangguan kabut asap tergolong masalah serius sebab bisa mengacaukan pandangan. Terlebih pengalaman berbicara, mereka pernah membatalkan gelaran balap baru-baru ini akibat masalah serupa. "Masalah jarak penglihatan sangat diperhatikan sebab SIC pernah membatalkan balapan Malaysian Series Superbike (MSBK) baru-baru ini demi keselamatan pembalap yang selalu menjadi prioritas," tambahnya.Masalah kabut asap Indonesia yang mengganggu olah raga di negara tetangga, Malaysia bukan yang pertama merasakannya. Sebelumnya Singapura diterjang masalah serupa saat menggelar Grand Prix Formula 1 dan Piala Dunia Renang beberapa waktu lalu.