Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

18 Juni 2014

Saham bursa Tokyo menguat, indeks Nikkei ditutup naik

Bursa saham Tokyo ditutup naik 0,93 persen pada Rabu, karena dolar yang lebih kuat mendukung pengekspor saat para investor menunggu keputusan pertemuan kebijakan Federal Reserve AS hari ini. Indeks acuan Nikkei 225 naik 139,83 poin menjadi 15.115,80 dan indeks Topix dari semua saham papan utama ditutup naik 0,88 persen atau 10,95 poin ke posisi 1.249,15. Volume perdagangan rendah karena banyak investor di luar pasar menjelang keputusan kebijakan Fed dan konferensi pers berikutnya. "Saat ini tidak ada arah yang jelas ke pasar, dan orang-orang ingin tahu apa yang diharapkan, terutama karena BoJ (bank sentral Jepang) tampaknya tak melakukan apa-apa untuk membantu saham," seorang direktur perdagangan ekuitas di perusahaan pialang Eropa mengatakan kepada Dow Jones Newswires. BoJ pekan lalu menahan diri untuk memperluas program stimulusnya dan mengatakan ekonomi nomor tiga di dunia itu mulai pulih, meski ada kekhawatiran kenaikan pajak penjualan baru-baru ini akan menghambat pertumbuhan. The Fed diperkirakan tidak akan membuat perubahan kebijakan saat ini -- suku bunga federal fund akan tetap mendekati nol dan pembelian obligasi stimulus bulanan kemungkinan akan kembali dikurangi 10 miliar dolar AS menjadi 35 miliar dolar AS di jalur untuk disudahi pada akhir tahun ini. Tetapi dealer akan mempelajari proyeksi ekonominya untuk petunjuk tentang kapan bank sentral akan mulai menaikkan suku bunga acuannya. Para pembuat kebijakan akan mengambil data Selasa yang menunjukkan inflasi AS pada 2,1 persen pada Mei, tingkat tertinggi sejak Oktober 2012. Dalam perdagangan valuta asing, dolar dibeli 102,27 yen di Tokyo, terhadap 102,13 yen di New York. Pengekspor utama Jepang naik karena yen yang lebih lemah, meningkatkan profitabilitas mereka. Saham Toyota naik 1,06 persen menjadi 5.884 yen dan Canon naik 0,32 persen menjadi 3.402 yen. Saham-saham kelas berat juga naik, dengan operator seluler SoftBank bertambah 1,69 persen menjadi 7.610 yen, demikian mengutip laporan AFP.

Rupiah Rabu pagi melemah menjadi Rp11.955

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 63 poin menjadi Rp11.955 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.892 per dolar AS. "Masih adanya kekhawatiran peningkatan harga minyak mentah dunia akibat konflik di Irak akan mengganggu APBN sehingga nantinya dapat mempengaruhi outlook pertumbuhan Indonesia, situasi itu mendorong rupiah terus mengalami tekanan," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Rabu. Di sisi lain, lanjut dia, meningkatnya harga minyak mentah dunia itu juga akan mengganggu perbaikan neraca perdagangan Indonesia, kondisi itu memunculkan persepsi bahwa defisit di neraca perdagangan akan membesar. Ia menambahkan bahwa meningkatnya yield surat utang pemerintah, terutama imbal hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) turut menambah sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Meningkatnya yield obligasi pemerintah memberi kekhawatiran investor di dalam negeri," katanya. Dari eksternal, Reza Priyambada menambahkan bahwa meningkatnya inflasi Amerika Serikat menambah sentimen bagi mata uang dolar AS menguat terhadap mayoritas nilai tukar dunia. "Meningkatnya inflasi AS akan mendorong bank sentral AS (the Fed) untuk menaikkan suku bunga lebih awal dari yang diperkirakan," katanya. Ia menambahkan bahwa naiknya inflasi AS akan membuat the Fed kembali mengurangi program pembelian obligasi bulanannya menjadi 35 miliar dolar AS.

Minyak AS datar dan Brent naik karena ketidakpastian Irak

Harga minyak mentah patokan Amerika Serikat (AS), Selasa pagi WIB, diperdagangkan sedikit berubah di tingkat tertinggi sembilan bulan, sementara Brent North Sea naik moderat karena investor mengamati meningkatnya konflik sekterian di Irak sebagai tanda yang dapat mengganggu pasokan minyak. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, merosot satu persen menjadi ditutup pada 106,90 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Di London, minyak mentah Brent North Sea, yang cenderung bereaksi lebih besar terhadap faktor geopolitik internasional dibandingkan WTI, naik 48 sen menjadi menetap di 112,94 dolar AS per barel. Ini adalah hari pertama perdagangan kontrak berjangka untuk pengiriman Agustus. Kedua kontrak acuan telah ditutup di tertinggi sembilan bulan pada Jumat (13/6), karena pedagang mengamati kekerasan yang meningkat di Irak, pengekspor minyak mentah terbesar kedua OPEC. Kemajuan cepat serangan kelompok militan Sunni dari Negara Islam di Irak dan di Suriah (ISIL) yang menguasai hampir seluruh Irak yang dimulai seminggu lalu, telah mendekati pemerintah di Baghdad yang dipimpin Syiah. Serangan itu telah mengambil alih wilayah di bagian utara negara itu, di mana produksi yang relatif kecil telah hilang dari pasar sejak Maret karena kekerasan. Pada Senin, ketakutan bahwa pemberontakan bisa menyebar ke selatan, di mana terletak sebagian besar infrastruktur minyak Irak, sudah dimasukkan ke harga pasar, kata Bart Melek dari TD Securities. "Selama tentara mempertahankan posisinya dan kecuali jika kita melihat pemberontakan sudah lebih jauh ke selatan, tampaknya tidak ada ancaman langsung terhadap produksi Irak 3,3 juta barel per hari," katanya. James Williams dari WTRG Economics memperingatkan skenario kasus yang lebih buruk akan membuat semua produksi minyak Irak diblokir. "Kalau semua dihentikan tidak ada kapasitas cadangan yang cukup di dunia untuk mengganti persediaan jika Anda menggunakan angka EIA," katanya, merujuk ke Badan Informasi Energi Amerika Serikat, unit statistik Departemen Energi AS.  "Kami hanya bisa menunggu perkembangan di Irak untuk menentukan dampaknya. Sejauh ini harga lebih digerakkan karena faktor aktual daripada dampak perang sipil yang diantisipasi ini."