Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

26 Mei 2014

5 Profesi Teratas yang Masih Banyak Dibutuhkan di Indonesia

Setiap tahunnya, kebutuhan akan lowongan pekerjaan semakin meningkat. Hal ini berlaku di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Para pencari kerja baik fresh graduate ataupun profesional berlomba-lomba mencari pekerjaan baik secara online maupun dengan mendatangi berbagai job fair. Tapi tahukah Anda bahwa tidak hanya pencari kerja yang kesulitan mencari pekerjaan, namun ada beberapa industri atau perusahaan di Indonesia  yang kesulitan mencari pekerja? Para pekerja ini umumnya memiliki keahlian sebagai berikut:
1. Aktuaria
Aktuaris, sebuah profesi yang banyak dibutuhkan oleh perusahaan asuransi ini memang termasuk salah satu profesi yang menjanjikan di Indonesia. Aktuaris bekerja layaknya ahli matematika yaitu menghitung risiko, premi, dan dividen pada suatu perusahaan asuransi. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan sektor asuransi, maka kebutuhan akan aktuaris juga bertambah, namun pada kenyataannya tenaga ahli aktuaria di Indonesia masih sangat jauh dari jumlah ideal. Presiden Direktur Prudential Indonesia, William Kuan, mengatakan bahwa di tahun 2013 saja Indonesia hanya memiliki 150 aktuaris dari total 600 aktuaris yang dibutuhkan. Kesimpulannya, profesi aktuaris masih menjanjikan banyak lapangan pekerjaan bagi yang ahli di bidang aktuaria.
2. Medis
medisLowongan profesi dalam bidang medis baik itu dokter, perawat, atau apoteker masih terbuka cukup lebar di Indonesia, terutama di daerah-daerah di luar pulau Jawa. Meskipun lulusan sekolah kedokteran atau keperawatan sudah cukup banyak, tetap saja masih banyak daerah-daerah di Indonesia terutama daerah terpencil yang kekurangan tenaga medis. Profesi seperti dokter spesialis bedah juga banyak dibutuhkan di Indonesia. Kurangnya tenaga medis seperti dokter umum dan dokter spesialis ini salah satunya bisa jadi disebabkan oleh lamanya jenjang pendidikan yang harus ditempuh seorang dokter yang bisa mencapai 6-7 tahun untuk mendapat gelar spesialis. Di masa depan, profesi sebagai ahli medis akan semakin banyak dibutuhkan seiring dengan angka pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat di Indonesia.
3. Aviasi
industri penerbangan Indonesia sangat membutuhkan pilot-pilot asli putra-putri bangsa Indonesia. Kriteria yang sangat ketat dan biaya sekolah penerbangan yang cukup mahal merupakan beberapa kendala yang menyebabkan jumlah pilot asal Indonesia masih kurang, sehingga beberapa maskapai lokal Indonesia masih memperkerjakan pilot-pilot asing untuk memenuhi kebutuhan pilot mereka. Profesi ini sebenarnya sangat diminati sekaligus dibutuhkan karena menjanjikan gaji yang besar, terlebih lagi dengan banyaknya maskapai penerbangan di Indonesia.

Sejalan dengan kebutuhan pilot yang masih jauh dari jumlah ideal, industri penerbangan Indonesia juga masih kekurangan tenaga Air Traffic Controller (ATC) dan teknisi pesawat terbang. Lagi-lagi kendala sedikitnya sekolah penerbangan –hanya terdapat 13 sekolah di Indonesia— menjadi akar permasalahan dari kurangnya tenaga pilot, ATC dan teknisi pesawat.
4. Software Engineering
Semakin majunya perkembangan tekhnologi di Indonesia berimbas pada naiknya kebutuhan akan ahli rekayasa perangkat lunak (software engineer). Profesi sebagai software engineer tidak hanya membutuhkan seseorang yang cerdas tetapi juga memiliki kreativitas dan ketekunan yang tinggi karena pekerjaan ini tidak hanya terpaku pada pengembangan perangkat lunak, tetapi juga pada manajemen kualitasnya. Di Indonesia sendiri profesi software engineer masih banyak dicampuradukkan dengan profesi system analyst dan programmer padahal seorang software engineer bekerja tidak hanya berdasarkan ilmu komputer saja melainkan juga berkaitan dengan ilmu sosial lain. Kurangnya daya saing lulusan software engineer Indonesia membuat posisi ini kerap diisi oleh tenaga asing padahal kebutuhan software engineer khusunya tenaga lokal Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya.
5. Marketing
MarketingSetiap perusahaan apapun bidangnya pasti membutuhkan tenaga marketing baik itu market research analyst ataupun marketing specialist. Untuk menaikkan angka penjualan suatu perusahaan dibutuhkan team marketing yang baik dan solid sehingga kebutuhan akan ahli marketing akan selalu besar. Jobstreet.com, sebuah portal penyedia lowongan kerja, melakukan sebuah riset terhadap 72 perusahaan mengenai jenis tenaga kerja yang sangat mereka butuhkan . Dari survei tersebut didapatkan hasil bahwa sebanyak 37,1% perusahaan membutuhkan ahli marketing untuk perusahaannya. Dari gambaran tersebut bisa disimpulkan bahwa tenaga marketing akan terus banyak dibutuhkan tiap tahunnya.

Banyaknya Hari Libur, Perdagangan di Bursa Akan Sepi

JAKARTA - Akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak dapat kembali ke level 5.000. Dalam penutupannya IHSG tercatat menguat 3,18 poin atau 0,1 persen ke 4.973,06. Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan, banyaknya hari libur dalam seminggu ini akan membuat transaksi menjadi sepi. “Biasanya transaksi enggak banyak, di hari kejepit biasanya transaksi bisa berkurang hingga 20 persen,” ujar Kiswoyo kepada Okezone, Jakarta, Senin (26/5/2014). Dirinya mencontohkan, bila per hari terjadi transaksi sebanyak Rp5 triliun, maka akan ada pengurangan sekira 20 persen. Apalagi minggu ini hanya terjadi tiga hari masa perdagangan. “Kita memasang resistance di 5.000, bila belum tercapai bisa terkoreksi di 4.850 batas supportnya,” ujarnya. (rzy)

Ibu Rumah Tangga Paling Banyak Berinvestasi SBR001

JAKARTA - Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengungkapkan investasi Saving Bonds Retail seri SBR001 sudah banyak dipesan. Ternyata pemesan paling banyak berasal dari golongan ibu rumah tangga. "Termasuk ibu-ibu rumah tangga paling banyak," ujar Robert di gedung Franseda Kementerian Keuangan, Senin (26/5/2014). Dari data Kementerian Keuangan SBR001 berhasil menjangkau 9,944 pemesan di 34 provinsi di Indonesia, dengan profil pemesan SBR001 terbesar di kisaran Rp 5 juta sampai Rp 100 juta mencapai 60,5 persen. "Rata-rata pembelian SBR001 per pemesan mencapai Rp 240 juta," jelas Robert. Berdasarkan kelompok umur, jumlah pemesan terbesar berada pada usia di atas 40 tahu, mencapai 7.357 pemesan atau 74 persen dari total jumlah pemesan. Volume pemesan di usia 40 tahun sebesar Rp 2,03 triliun sebesar 85 persen dari total volume pemesan. Sedangkan jumlah pemesan SBR001 di wilayah DKI Jakarta mencapai 42,7 persen dari total jumlah pemesanan, sedangkan wilayah Indonesia Barat selain DKI Jakarta mencapai 47,8 persen. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur penjualan SBR001 mencapai 9,5 persen.