Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

09 Juni 2014

Rupiah Ditutup Positif di Rp11.779/USD

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini ditutup positif di tengah terjungkalnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan.  Nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg hari ini ditutup pada level Rp11.779 per USD. Posisi tersebut menguat 59 poin dibanding penutupan akhir pekan lalu pada level Rp11.838 per USD. Masih berdasarkan data Bloomberg, rupiah pagi tadi dibuka pada level Rp11.788 per USD. Adapun posisi rupiah terkuat hari ini berada di level Rp11.770 per USD dan terlemah di level Rp11.805 per USD.  Data Yahoofinance mencatat mata uang domestik hari ini juga pada level Rp11.779 per USD, dengan kisaran harian Rp11.779-11.818 per USD. Posisi ini terapresiasi 59 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp11.838 per USD. Data Sindonews bersumber dari Limas menunjukkan rupiah hari ini pada level Rp11.811 per USD. Posisi ini membaik 56 poin dibanding hari sebelumnya di level Rp11.867 per USD. Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari ini berada di level Rp11.790 per USD. Posisi ini menguat 33 poin dibanding penutupan Jumat (6/6/2014) di level Rp11.823 per USD. Head of Research & Analysis BNI Nurul Eti Nurbaeti mengatakan, appetite pelaku pasar yang cenderung meningkat dan optimisme pasca positifnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) mengurangi tekanan atas rupiah. "Prestasi ekspor China yang terus meningkat ikut memberi sentimen positif bagi rupiah, mengingat China merupkan negara tujuan ekspor Indonesia," kata dia, Senin (9/6/2014). Sementara IHSG sore ini berakhir di zona merah karena tingginya tekanan jual. IHSG tergerus 52,09 poin atau 1,06% ke level 4.885,08.  Nilai transaksi di bursa Indonesia tercatat sebesar Rp4,72 triliun dengan 5,08 miliar saham diperdagangkan dan transaksi jual asing mencapai Rp788,03 miliar. Tercatat 64 saham naik, 242 saham melemah dan 89 saham stagnan.

Awali Pekan Ini, IHSG Menguat Terbatas

Akhir pekan kemarin, laju indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat tipis berkah sentiment positif dari bursa saham di kasawan Asia yang ditutup menguat. Padahal, Jum’at kemarin, aksi jual yang dilakukan investor dalam negeri cukup besar. Tercatat indeks BEI ditutup menguat tipis 1,61 poin atau 0,03% ke posisi 4.937,18. Sementara itu, indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 0,96 poin (0,12%) ke level 833,65,”IHSG BEI ditutup menguat tipis pada perdagangan akhir pekan ini didorong oleh bursa regional yang mayoritas bergerak menguat," kata analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, kemarin. Menurut Purwoko, pergerakan indeks BEI cenderung mengikuti bursa saham Asia karena sentimen domestik cenderung bergejolak dimana nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berfluktuasi. Dirinya memproyeksikan, indeks BEI Senin awal pekan ini akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat terbatas di kisaran 4.924-4.954 poin. Dia mengemukakan bahwa beberapa saham yang dapat diperhatikan diantaranya Surya Citra Media (SCMA), Indocement Tunggal Prakarsa (INTP), Adaro Energy (ADRO), United Tractor (UNTR), Mitra Adiperkasa (MAPI). Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 159.254 kali dengan volume mencapai 2,62 miliar lembar saham senilai Rp3,73 triliun. Efek yang mengalami kenaikan sebanyak 122 saham, yang melemah 174 saham, dan yang tidak bergerak 101 saham.

Rupiah Senin Pagi Menguat Menjadi Rp11.774


Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 63 poin menjadi Rp11.774 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.837 per dolar AS. "Pemangkasan suku bunga bank sentral Eropa (ECB) masih direspon positif oleh pelaku pasar, kondisi itu dapat mendorong investor mengalihkan investasinya ke negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Senin. Menurut dia, pemangkasan suku bunga acuan ECB itu akan mempengaruhi strategi atau arah investor yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. "Potensi penguatan mata uang domestik masih terbuka meski cenderung terbatas karena secara fundamental pergerakan rupiah masih dibayangi sentimen defisit neraca keuangan Indonesia," katanya. Sementara itu, Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan bahwa meningkatnya surplus neraca perdagangan Tiongkok cukup melegakan investor atas kondisi perekonomian mitra dagang utama Indonesia tersebut. Situasi itu menjadi salah satu faktor penopang rupiah. Namun, lanjut dia, di sisi lain investor juga waspada menanti hasil pertemuan kebijakan moneter Bank Indonesia pada 12 Juni mendatang terhadap outlook perekonomian Indonesia.Selain itu, ia menambahkan bahwa potensi penguatan rupiah juga masih terbatas mengingat pasar juga terlihat berhati-hati seiring dimulainya masa kampanye Calon Presiden Indonesia hingga berlangsungnya pemilu presiden pada 9 Juli mendatang," katanya.(rr)