Menteri Keuangan M
Chatib Basri mengemukakan bahwa salah satu penyebab nilai tukar rupiah
terkoreksi terhadap dolar AS yakni persaingan kandidat capres-cawapres
yang semakin ketat.
"Kondisi itu menjadi perhatian beberapa bond holders besar, muncul
pertanyaan adalah keamanan. Kalau hasilnya ketat dan dekat dikhawatirkan
ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Untuk pelaku pasar kan memerlukan
kepastian," ujar Menkeu saat acara Bisnis Award 2014 di Jakarta, Selasa
malam.
Selain itu, lanjut dia, yakni karena defisit neraca perdagangan
Indonesia. Kendati demikian, neraca perdagangan cenderung mulai
mengalami perbaikan.
"Bulan ini, akan ada indikator net surplus untuk neraca perdagangan Indonesia," ucapnya.
Faktor lainnya, Chatib Basri mengatakan bahwa tertekannya rupiah
juga dipicu dari harga minyak dunia yang melambung akibat geopolitik di
Irak. Hal itu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi nilai tukar
rupiah.
Kendati demikian, M Chatib Basri mengaku optimistis nilai tukar
rupiah akan kembali menguat dalam beberapa waktu ke depan. Nilai tukar
rupiah yang sempat menyentuh angka Rp12.000 per dolar AS, telah kembali
turun pada kisaran Rp11.900-an per dolar AS.
Ia mengemukakan bahwa mata uang rupiah sempat memiliki kinerja
dengan performa terbaik kedua di dunia yang berlangsung dari awal tahun
ini hingga Mei. "Nilai tukar kita mulai menguat pada akhir Januari tahun ini dan
sempat menjadi best performance dengan penguatan sampai enam persen,"
katanya. (*)
25 Juni 2014
Indesks Wall Street turun meskipun data ekonomi menguat
Juni 25, 2014
News Market
Nilai saham-saham
di Wall Street berakhir turun pada Selasa (Rabu pagi WIB), meski data
ekonomi AS menguat di luar perkiraan para analis. Penurunan itu dinilai
karena aksi ambil untung dan serangan gerilyawan Sunni yang sedang
berlangsung di Irak.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 119,13 poin (0,70 persen)
menjadi ditutup pada 16.818,13, sedangkan indeks berbasis luas S&P
500 turun 12,63 poin (0,64 persen) menjadi berakhir di 1.949,98.
Kedua indeks tersebut telah mencatat rekor penutupan tertinggi pada pekan lalu.
Indeks komposit teknologi Nasdaq kehilangan 18,32 poin (0,42 persen) menjadi berakhir pada 4.350,36.
Ekuitas AS naik pada Selasa pagi, setelah laporan menunjukkan
penjualan rumah baru pada Mei mencapai laju tercepat dalam enam tahun
dan kepercayaan konsumen AS pada Juni melonjak ke tingkat tertinggi
sejak Januari 2008.
Tetapi Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di
Wedbush Securities, mengatakan terjadi penurunan indesk pada sore hari
di pasar ekuitas karena pemberitaan mengenai situasi di Irak.
"Orang-orang menggunakan (Irak) sebagai alasan untuk mengambil
beberapa keuntungan mengingat pasar sudah jauh meningkat," kata James.
Pada Selasa, serangan udara Irak menewaskan sedikitnya 38 orang
saat pasukan keamanan mempertahankan kota strategis dan kilang minyak,
kata para pejabat.
Rupiah Rabu pagi melemah ke posisi Rp12.019
Juni 25, 2014
News Market
Nilai tukar rupiah
yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah
sebesar 30 poin ke posisi Rp12.019 dibandingkan sebelumnya di level
Rp11.989 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah pagi ini menyentuh level Rp12.000 per dolar AS,
padahal laju dolar AS cenderung mengalami pelemahan di sebagian pasar
regional menyusul perkiraan pasar bahwa the Fed tetap mempertahankan
suku bunga acuannya di level rendah dalam beberapa bulan mendatang,"
kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pengaruh neraca perdagangan Indonesia yang masih
defisit, ditambah kenaikan harga minyak dunia akibat kisruh yang terjadi
di Irak masih menjadi sentimen negatif bagi mata uang rupiah.
"Karena masih adanya kekhawatiran tersebut maka rupiah kembali tertekan," katanya.
Analis pasar uang Bank Mandiri Renny Eka Putri menambahkan bahwa
sentimen pasar uang dalam negeri saat ini belum ada yang mendukung
penguatan mata uang rupiah baik dari eksternal maupun domestik.
"Kondisi perekonomian global yang belum stabil seiring dengan
adanya kisruh geopolitik di Irak dan Ukraina yang masih berlangsung akan
mendorong permintaan mata uang safe haven mengalami peningkatan,"
katanya.
Sentimen dari dalam negeri, lanjut dia, data-data ekonomi Indonesia
yang sedianya akan dirilis pada pekan depan sentimennya masih mendatar.
Menurut dia, inflasi masih diekspektasikan tinggi menyusul tahun
panen raya nasional yang mulai berkurang dan menjelang bulan puasa dan
Hari Raya Lebaran.
Langganan:
Postingan (Atom)