Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

24 Juni 2015

Indeks Nikkei bursa Tokyo ke level tertinggi 15 tahun

KONTAK PERKASA FUTURES - Indeks Nikkei Tokyo naik 1,87 persen pada Selasa, ditutup pada tertinggi baru dalam 15-tahun di tengah harapan untuk kesepakatan dana talangan (bailout) Yunani. Indeks Nikkei 225 melonjak 381,23 poin menjadi berakhir pada 20.809,42, setelah menerobos melalui 20.700 untuk pertama kalinya sejak April 2000. Indeks Topix dari seluruh saham papan utama naik 1,69 persen, atau 27,79 poin menjadi ditutup pada 1.676,40. Keuntungan mengikuti reli di pasar Eropa dan AS. "Kemajuan dalam situasi Yunani berada di balik aliran dana ke saham-saham AS dan Eropa," Toshihiko Matsuno, kepala strategi di SMBC Friend Securities, mengatakan kepada Bloomberg News. "Sulit untuk menilai tanpa mengetahui isi proposal secara rinci, tetapi pasar tampaknya melihatnya sebagai sebuah langkah maju." Yunani pada Minggu menawarkan proposal reformasi ekonomi 11 jam dalam pertukaran untuk pembayaran terakhir 7,2 miliar euro dari program bantuan saat ini. Para pemimpin zona euro mengatakan mereka berharap untuk akhirnya menyegel kesepakatan minggu ini untuk mengamankan Athena dari gagal bayar (default) dan kemungkinan keluar dari euro, tetapi Jerman memperingatkan dibutuhkan kerja yang lebih keras. Euro turun menjadi 1,1250 dolar dan 139,17 yen dari 1,1340 dolar dan 139,91 yen di New York pada Senin sore. Dolar naik menjadi 123,67 yen dari 123,38 yen di perdagangan AS. Dalam perdagangan saham di Tokyo, Toshiba naik 0,93 persen menjadi 429,8 yen meskipun harian bisnis Nikkei melaporakn bahwa akuntansinya yang tidak tepat telah ditemukan di hampir semua bisnis utama perusahaan. Sharp jatuh 1,80 persen menjadi 163 yen karena pembuat barang elektronik yang sedang kesulitan itu menjelaskan rencana kebangkitan kembali pada rapat umum pemegang sahamnya, demikian AFP.

Pasar obligasi negara berkembang Asia hadapi risiko

KONTAK PERKASA FUTURES - Laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB) mengingatkan pasar obligasi negara berkembang Asia Timur masih rentan terhadap risiko permasalahan utang Yunani yang berlarut-larut dan potensi penyesuaian suku bunga acuan dari Bank Sentral AS (The Fed). "Likuiditas yang rendah dari pasar obligasi kawasan bisa memburuk akibat potensi outflow yang bisa menyebabkan kerentanan," kata Kepala Ekonom ADB Shang-Jin Wei dalam rilis laporan terbaru "Asia Bond Monitor" yang diterima di Jakarta, Selasa. Wei menambahkan untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan kebijakan untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi pasar keuangan yang diiringi dengan beberapa peraturan yang prudent untuk meningkatkan ketahanan dalam menghadapi tekanan eksternal tersebut. Laporan itu mengingatkan ketika negara berkembang Asia Timur ingin memperluas pasar obligasi, ada risiko global yang justru bisa menahan likuiditas, seperti rencana penyesuaian suku bunga The Fed yang saat ini membuat dolar AS menguat dimana-mana dan berpotensi meningkatkan porsi utang dalam mata uang lokal. Meskipun menghadapi sejumlah risiko dalam tiga bulan pertama 2015, porsi obligasi dalam mata uang lokal di kawasan Asia Timur telah mencapai 8,3 triliun dolar AS, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 triliun dolar AS. Sementara, sejumlah mata uang di kawasan mengalami depresiasi terhadap dolar AS mulai Maret hingga minggu pertama Juni 2015, dengan mata uang Thailand dan Indonesia yang mengalami perlemahan terdalam masing-masing 4,8 persen dan 2,5 persen. Kepemilikan asing di wilayah ini juga cenderung optimis, meskipun ada penguatan dolar AS. Saat ini, kawasan Asia Timur memiliki akumulasi outstanding utang dalam mata uang asing hingga 858 miliar dolar AS hingga akhir April. Peningkatan imbal hasil surat utang AS dan Eropa serta turunnya harga minyak dunia, meningkatkan tekanan terhadap imbal hasil obligasi dengan tenor 10 tahun di negara berkembang Asia Timur, dengan dampak terbesar di obligasi Indonesia dengan kenaikan 145 basis poin (bps). Kenaikan imbal hasil di obligasi dengan tenor 10 tahun Indonesia didukung oleh ekspektasi laju inflasi dari reformasi subsidi BBM. Di negara lain seperti Singapura, Thailand dan Filipina kenaikannya masing-masing hanya 42 bps, 37 bps dan 34 bps. Secara keseluruhan, kenaikan imbal hasil merupakan refleksi dari kekhawatiran atas rencana penyesuaian suku bunga The Fed. Pasar juga merespon kenaikan inflasi dari penyesuaian harga minyak dan pengalihan subsidi energi. Outstanding pasar obligasi Indonesia pada triwulan I-2015 telah mencapai 125 miliar dolar AS, meningkat 6,5 persen dibandingkan triwulan sebelumnya dan 16,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagian besar peningkatan ini disumbangkan oleh penerbitan Surat Utang Negara. Sementara, obligasi korporasi ikut meningkat 2,1 persen dibandingkan triwulan sebelumnya dan 4,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya hingga 17 miliar dolar AS, yang didominasi kepemilikan sektor perbankan dan finansial. Laporan ini juga memperlihatkan pentingnya penerbitan obligasi dari perusahaan yang bergerak dalam energi terbarukan, yang telah meningkat dari 5,2 miliar dolar AS pada 2010 menjadi 18,3 miliar dolar AS pada 2014. Kepemilikan obligasi jenis ini paling banyak terbanyak di Tiongkok yang menguasai 90 persen pasar obligasi sektor energi terbarukan. Penerbitan "green bonds" meningkat dua kali lipat sejak 2013 dengan total penerbitan pada 2014 mencapai 30,4 miliar dolar AS. ADB mengapresiasi pentingnya pemanfaatan energi terbarukan dan melihat pemerintah akan memegang peran utama dalam formulasi serta implementasi kebijakan dalam pengembangan sektor energi hijau ini. Perlunya dana yang memadai juga sangat penting untuk mewujudkan proyek energi terbarukan, untuk itu ketersediaan informasi bagi para pemberi dana sangat penting agar investasi dalam sektor ini makin meningkat.

Indeks Hang Seng ditutup menguat 0,93 persen

KONTAK PERKASA FUTURES -  Bursa saham Hong Kong berakhir 0,93 persen lebih tinggi pada Selasa, didorong oleh harapan kesepakatan menit terakhir pada reformasi utang Yunani serta data yang menunjukkan aktivitas manufaktur Tiongkok membaik. Indeks acuan Hang Seng bertambah 252,61 poin menjadi 27.333,46 dengan nilai transaksi sebesar 135,99 miliar dolar Hong Kong (17,55 miliar dolar AS). Di Tiongkok daratan, indeks komposit Shanghai yang jatuh 13 persen selama pekan lalu, naik 2,19 persen atau 98,13 poin, menjadi 4.576,49 dengan nilai transaksi 693,6 miliar yuan (113,5 miliar dolar AS). Indeks komposit Shenzhen, yang melacak saham-saham di bursa kedua Tiongkok, menambahkan 1,18 persen atau 32,46 poin, menjadi 2.774,64 dengan nilai transaksi 604,7 miliar yuan, demikian Xinhua melaporkan.

Rupiah menguat ke 13.250 per dolar AS

KONTAK PERKASA FUTURES - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta pada Selasa sore menguat 56 poin menjadi 13.250 per dolar AS, dari posisi sebelumnya 13.306 per dolar AS. Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa munculnya harapan penyelesaian utang Yunani telah meredam kekhawatiran pelaku pasar uang global. Situasi yang terbilang positif itu menjadi salah satu penopang mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah menguat terhadap dolar AS.
"Optimisme di kalangan pelaku pasar uang bahwa kesepakatan bailout sudah dekat sehingga sebagian pelaku pasar mulai mengambil posisi untuk masuk ke beberapa mata uang di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia," ujarnya. Di sisi lain, lanjut dia, penyataan Bank Indonesia bahwa perekonomian kuartal II lebih baik, juga menambah sentimen positif bagi rupiah. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu seiring dengan penyerapan anggaran pemerintah yang membaik untuk investasi, diperkirakan pada kuartal III dan IV perekonomian domestik akan kembali tumbuh," katanya. Ia meyakini bahwa pada kuartal III hingga IV tahun ini akan ada percepatan penyerapan anggaran yang dapat membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik. Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah hari ini berada pada 13.316 per dolar AS, menguat sedikit dari posisi sebelumnya 13.318 per dolar AS.