Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

27 Maret 2015

Wall Street turun, krisis Yaman picu volatilitas

KONTAK PERKASA FUTURES -  Saham-saham di Wall Street berakhir lebih rendah pada Jumat pagi, dalam perdagangan yang fluktuatif didorong oleh krisis di Yaman. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 40,31 poin (0,23 persen) menjadi ditutup pada 17.678,23. Indeks blue-chip telah jatuh di bawah 17.600 pada awal sesi, lapor AFP. Indeks berbasis luas S&P 500 turun 4,90 poin (0,24 persen) menjadi berakhir di 2.056,15, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq merosot 13,16 poin (0,27 persen) menjadi 4.863,36. Harga minyak naik tajam karena koalisi yang dipimpin Saudi membom pemberontak Syiah Huthi dalam upaya mendukung presiden Yaman yang diperangi. Iran mengutuk intervensi tersebut. Saham-saham AS tampak menuju kemunduran lagi pada awal perdagangan setelah kerugian pada Rabu, tetapi kembali ke wilayah positif di sore hari sebelum berakhir sedikit di posisi merah. "Setidaknya untuk hari ini, mentalitas beli-saat-turun telah berlaku," kata Michael James, direktur pelaksana perdagangan saham di Wedbush Securities. Saham maskapai penerbangan terpukul oleh harga minyak yang lebih tinggi dan berita bahwa seorang pilot diduga telah secara sengaja menabrakan pesawat Germanwings yang menyebabkan kecelakaan mematikan pada Selasa. American Airlines turun 1,4 persen dan United Continental turun 0,9 persen. SanDisk, yang memproduksi perangkat penyimpanan data, tenggelam 18,5 persen karena memangkas proyeksi pendapatan kuartal pertama menjadi 1,3 miliar dolar AS dari sebelumnya 1,40-1,45 miliar dolar AS. Perusahaan perangkat lunak Red Hat melesat 10,3 persen lebih tinggi setelah mengumumkan program pembelian kembali saham 500 juta dolar AS. Laba bersihnya untuk kuartal keempat naik 5,8 persen menjadi 47,7 juta dolar AS. Pembuat pakaian yoga Lululemon Athletica melonjak 4,9 persen karena pendapatannya untuk kuartal yang berakhir 1 Februari naik 15,6 persen menjadi 602,5 juta dolar AS. Harga obligasi jatuh. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 2,00 persen dari 1,93 persen pada Rabu, sedangkan pada obligasi 30-tahun naik menjadi 2,59 persen dari 2,51 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan arah.

Emas naik didorong ketidakpastian Yaman

KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik pada Jumat pagi, karena ketidakpastian yang dipicu oleh serangan udara di Yaman mendorong investor beralih ke aset-aset "safe haven". Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April naik 7,8 dolar AS, atau 0,65 persen, menjadi menetap di 1.204,80 dolar AS per ounce, lapor Xinhua. Ketegangan meningkat di Timur Tengah setelah Arab Saudi dan sekutu Teluk Arab-nya memulai operasi militer di Yaman. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, dan Qatar mengatakan Kamis, mereka telah memutuskan untuk bertindak melindungi Yaman terhadap "agresi" oleh milisi Houthi, menurut pernyataan bersama. Namun demikian, dolar mengurangi penyerbuan investor terhadap emas, karena indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, naik didukung laporan pekerjaan yang positif. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor. Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Kamis, klaim pengangguran awal turun tajam selama pekan yang berakhir 21 Maret sebesar 9.000, menjadi 282.000. Ini menempatkan tekanan pada emas karena laporan itu sedikit lebih baik dari yang diharapkan. Namun, para analis mengingatkan bahwa hal itu tidak mungkin akan mempengaruhi laporan pekerjaan reguler akhir bulan ini. Perak untuk pengiriman Mei naik 14 sen, atau 0,82 persen, menjadi ditutup pada 17,14 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 7,5 dolar AS, atau 0,65 persen, menjadi ditutup pada 1.154,00 dolar AS per ounce.

Dolar menguat karena data pekerjaan AS positif

KONTAK PERKASA FUTURES - Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Jumat pagi, karena data menunjukkan klaim pengangguran di Amerika Serikat pekan lalu turun lebih besar dari yang diperkirakan. Dalam pekan yang berakhir 21 Maret, angka pendahuluan disesuaikan secara musiman untuk klaim awal tunjangan pengangguran turun 9.000 dari tingkat revisi minggu sebelumnya menjadi 282.000, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan Kamis, lapor Xinhua. Perkiraan terbaru merupakan yang terendah dalam lima minggu dan di bawah konsensus pasar 293.000, mengindikasikan membaiknya pasar tenaga kerja AS. Selain itu, Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan dalam sebuah pidato pada Kamis bahwa "Sekarang mungkin saat yang tepat untuk memulai normalisasi kebijakan moneter AS karena telah sesuai untuk perbaikan ekonomi selama dua tahun ke depan." Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,43 persen menjadi 97,396 pada akhir perdagangan. Namun, dolar AS melemah terhadap yen Jepang karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah mendorong kebutuhan investor atas aset-aset "safe haven". Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0872 dolar dari 1,0958 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris merosot ke 1,4840 dolar dari 1,4865 dolar. Dolar Australia turun ke 0,7814 dolar dari 0,7836 dolar. Dolar AS dibeli 119,24 yen Jepang, lebih rendah dari 119,63 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik tipis menjadi 0,9633 franc Swiss dari 0,9616 franc Swiss, dan turun menjadi 1,2478 dolar Kanada dari 1,2521 dolar Kanada.

Harga minyak dunia melonjak, krisis Yaman makin panas

KONTAK PERKASA FUTURES -  Harga minyak dunia melonjak pada Jumat pagi, setelah jet-jet tempur Arab Saudi menyerang sasaran pemberontak di Yaman, memicu kekhawatiran meningkatnya krisis di negara itu bisa mengancam produsen minyak mentah di Timur Tengah. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, melonjak 2,22 dolar AS, atau 4,5 persen, menjadi ditutup pada 51,43 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, merupakan tingkat tertinggi dalam lebih dari tiga minggu, lapor AFP. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, patokan global, melonjak 2,71 dolar AS menjadi menetap di 59,19 dolar AS per barel. Kontrak mulai menguat pada Rabu menyusul berita bahwa Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi dilarikan ke "tempat yang aman" setelah sebuah pesawat tempur menyerang kompleks kepresidenan. Yaman berbatasan langsung dengan produsen minyak utama Arab Saudi, yang pada Rabu meluncurkan serangan terhadap pemberontak Huthi dalam upaya membantu menyelamatkan pemimpin Yaman yang diperangi. Yaman telah dicengkeram oleh kekacauan yang terus meningkat sejak pemberontak Syiah melancarkan perebutan kekuasaan di Sanaa pada Februari. "Ketegangan geopolitik di Yaman mendorong harga minyak lebih tinggi," Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures, mengatakan kepada AFP. "Yaman bukan produsen besar tetapi merupakan pusat perdagangan di wilayah tersebut, sehingga ketegangan di sana dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas perdagangan produk-produk energi," kata analis yang berbasis di Singapura itu. Gejolak di Yaman telah dibayangi dampak kenaikan pasokan minyak mentah AS, yang meningkat 8,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Maret, menambah pasokan global yang berlimpah, kata para analis. Harga minyak dunia telah jatuh sekitar 60 persen dalam enam bulan hingga awal Februari, karena produksi AS yang kuat memperburuk produksi tinggi oleh kartel OPEC. "Kelebihan pasokan di pasar minyak menjadi semakin tinggi dalam beberapa bulan terakhir, mengabaikan risiko geopolitik yang lebih besar," kata analis Csommerzbank dalam sebuah catatan untuk kliennya. "Namun demikian, ini tiba-tiba datang kembali ke dalam fokus yang tajam, menyusul serangan udara militer yang dilakukan oleh 10 negara Teluk dipimpin Saudi terhadap pemberontak Huthi di Yaman."