Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

28 Juli 2015

Emas naik jelang pertemuan Federal Reserve

KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih tinggi pada Selasa pagi, menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Federal Reserve AS. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Agustus naik 10,9 dolar AS atau satu persen menjadi menetap di 1.096,40 dolar AS per ounce, lapor Xinhua. Logam mulia mendapat dukungan menjelang pertemuan FOMC meskipun analis mengatakan bahwa Federal Reserve tidak mungkin mengubah pendapatnya sejak pernyataan kebijakan baru-baru ini atau kesaksian Ketua Fed Janet Yellen Chair di kongres bulan ini. Pertemuan dijadwalkan Selasa dan Rabu, akan berakhir dengan konferensi pers pada Rabu sore di New York. Kenaikan suku bunga Fed mendorong investor menjauh dari emas dan menuju aset-aset dengan tingkat pengembalian, karena logam mulia tidak mengenakan suku bunga. Analis awalnya memperkirakan suku bunga naik pada Juni, namun karena data ketenagakerjaan lebih lemah dari perkiraan, harapan itu didorong kembali ke September. Belum ada kenaikan suku bunga The Fed sejak Juni 2006, sebelum awal krisis keuangan Amerika Serikat. Emas juga mendapat dukungan karena Indeks Dolar AS turun 0,85 persen menjadi 96,43. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar turun maka emas berjangka akan naik, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih murah bagi investor. Perak untuk pengiriman September naik 11,7 sen, atau 0,81 persen, menjadi ditutup pada 14,605 ��dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober bertambah 8,2 dolar AS, atau 0,84 persen, menjadi ditutup pada 988,90 dolar AS per ounce.

Dolar melemah terhadap yen karena permintaan "safe-haven"

KONTAK PERKASA FUTURES - Kurs dolar AS melemah terhadap yen Jepang pada Selasa pagi, didorong permintaan investor untuk aset-aset "safe-haven" di tengah semakin memudarnya pasar ekuitas global. Di luar negeri, saham-saham Tiongkok merosot pada Senin karena investor ketakutan oleh data ekonomi lemah, sehingga mereka membuang sahamnya untuk mengunci keuntungan setelah reli pekan lalu, menenggelamkan indeks acuan ke dalam kerugian terburuk satu hari dalam delapan tahun terakhir, lapor Xinhua. Yen menguat 0,44 persen terhadap greenback dan diperdagangkan pada 123,24 pada akhir perdagangan. Euro meningkat lebih dari satu persen terhadap dolar AS pada akhir perdagangan, karena data ekonomi dari Jerman keluar lebih baik dari yang diharapkan. Indeks Iklim Bisnis Ifo untuk perdagangan dan industri Jerman naik menjadi 108 pada Juli dari 107,5 pada bulan lalu, perusahaan data Ifo yang berbasis di Munich mengatakan Senin. Angka terbaru mengalahkan konsensus pasar 107,2 dan pada tingkat yang konsisten dengan laju pertumbuhan positif. Dolar AS turun terhadap sebagian besar mata uang utama pada Senin. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,71 persen menjadi 96,553 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,1097 dolar dari 1,0980 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris menguat menjadi 1,5559 dolar dari 1,5511 dolar pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7282 dolar dari 0,7278 dolar. Dolar AS dibeli 123,24 yen Jepang, lebih rendah dari 123,75 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9631 franc Swiss dari 0,9627 franc Swiss dan turun tipis menjadi 1,3031 dolar Kanada dari 1,3068 dolar Kanada.

Harga minyak turun setelah pasar saham Shanghai menukik

KONTAK PERKASA FUTURES -  Harga minyak turun untuk hari keempat berturut-turut pada Selasa pagi, karena penurunan tajam di pasar ekuitas Tiongkok sejak 2007 memicu kekhawatiran baru tentang penurunan permintaan di konsumen energi utama dunia tersebut. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun 75 sen menjadi berakhir di 47,39 dolar AS per barel, lapor AFP. Patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan September, jatuh menjadi 53,47 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 1,15 dolar AS dari penutupan Jumat lalu. "Saat ini pasar (minyak) terus mencari posisi terendah," kata Gene McGillian dari Tradition Energy. Pada Senin, pasar saham Tiongkok ditutup menukik 8,5 persen di pasar saham Shanghai, penurunan satu hari terbesar mereka sejak Februari 2007, setelah data ekonomi yang lemah menghidupkan kembali kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Penurunan tajam Shanghai mengguncang pasar keuangan global. Itu terjadi meskipun baru-baru ini pemerintah Tiongkok melakukan upaya-upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menopang saham yang telah merosot sejak pertengahan Juni. McGillian mengatakan bahwa kekhawatiran permintaan telah menekan pasar minyak. "Kejatuhan di pasar saham Tiongkok meningkatkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi kemungkinan melambat," katanya. Pedagang mengantisipasi penurunan permintaan energi "terutama di Tiongkok" dan khawatir tentang "tingkat rekor produksi yang Anda lihat di seluruh dunia." Joseph George, seorang analis di Schneider Electric, mencatat bahwa jumlah rig minyak AS meningkat pada pekan lalu untuk ketiga kalinya sepanjang bulan ini, sebanyak 21 rig menjadi 659 rig. "Produsen-produsen AS terus mengebor pada tingkat tercepat dalam tiga dekade meskipun harga minyak lebih rendah," kata dia. "Produksi AS belum menunjukkan tanda-tanda penurunan substansial dan pasar minyak tetap kelebihan pasokan."

Rupiah Senin sore menguat menjadi Rp13.414

KONTAK PERKASA FUTURES -  Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat sebesar 26 poin menjadi Rp13.414 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.440 per dolar AS. "Mata uang rupiah bergerak menguat seiring dengan adanya intervensi dari Bank Indonesia (BI) di pasar valas domestik," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Senin. Menurut dia, intervensi Bank Indonesia itu mengantisipasi data ekonomi nasional yang sedianya akan dirilis pada awal Agustus nanti. Tingkat konsumsi masyarakat di dalam negeri yang relatif masih rendah menjadi salah satu alasan bagi Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar uang domestik. "Intervensi BI itu tentu akan menggerus cadangan devisa. Namun, posisi cadangan devisa per Juni 2015 yang sebesar 108 miliar dolar AS masih dinilai cukup aman," katanya. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS mendapatkan tekanan turun menyusul tingkat penjualan rumah baru di Amerika Serikat periode Juni mengalami penurunan, itu menjadi kemunduran bagi pemulihan bagi perekonomian AS. Di sisi lain, lanjut dia, sentimen bisnis di Jerman yang mengalami pemulihan mendorong mata uang euro mengalami penguatan. Selain itu, Yunani yang berhasil membuka kesempatan mendapatkan dana talangan juga membantu mengubah sentimen pebisnis di kawasan Eropa yang sempat menurun. "Sentimen di Eropa mulai ada pemulihan, situasi itu cukup berdampak pada mata uang rupiah meski belum signifikan," katanya. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (27/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.453 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.448 per dolar AS.