KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih tinggi pada Rabu pagi, karena dolar AS melemah. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember, naik 3,6 dolar AS atau 1,15 persen, menjadi menetap di 1.197,1 dolar AS per ounce. Para analis mengatakan, jatuhnya dolar terhadap mata uang utama lainnya, mengakibatkan harga emas bergerak lebih tinggi pada Selasa. Dolar AS turun terhadap yen Jepang setelah Perdana Menteri Shinzo Abe pada Selasa mengumumkan pemilu tak terduga dan menunda kenaikan pajak dalam menanggapi data ekonomi yang buruk di Jepang. Hal ini memicu perpindahan ke emas sebagai aset "safe haven". Euro naik karena survei Zew menunjukkan peningkatan kepercayaan ekonomi di Jerman, demikian laporan Xinhua. Selain itu, harga minyak mentah turun pada Selasa karena para pedagang berpikir pasokan minyak mentah global melampaui permintaan. Dalam data AS, indeks harga produsen untuk permintaan akhir naik 0,2 persen pada Oktober, disesuaikan secara musiman, kata Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Para analis mengatakan itu sedikit lebih besar dari yang diperkirakan, tetapi tidak memiliki efek pada pasar emas. Perak untuk pengiriman Desember naik 11,7 sen atau 0,73 persen, menjadi ditutup pada 16,174 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 3,3 dolar AS atau 0,27 persen, menjadi ditutup pada 1.204,6 dolar AS per ounce.
19 November 2014
Dow dan S&P cetak rekor baru
November 19, 2014
News Market
KONTAK PERKASA FUTURES - Indeks Dow dan S&P 500 di Wall Street ditutup di rekor tertinggi baru pada Rabu pagi, menyusul data ekonomi kuat dari Jerman dan Amerika Serikat. AFP melaporkan indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 40,07 poin (0,23 persen) menjadi 17.687,82, melampaui rekor yang ditetapkan pekan lalu sekitar 35 poin. Indeks S&P 500 naik 10,48 poin (0,51 persen) menjadi 2.051,80, mencetak rekor untuk hari ketiga berturut-turut, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq maju 31,44 poin (0,67 persen) menjadi 1.702,44. Kepercayaan pengembang perumahan AS naik empat poin menjadi 58, menurut National Association of Home Builders/Wells Fargo Housing Market Index. Indeks DAX 30 Jerman naik 1,6 persen karena kepercayaan investor di ekonomi terbesar Eropa itu melompat kembali ke wilayah positif pada November setelah mencapai terendah 22 bulan pada Oktober, menurut lembaga ekonomi ZEW. Brent Schutte, penyiasat pasar di BMO Global Asset Management, mengatakan pasar juga menyambut berita bahwa Jepang akan menunda kenaikan pajak penjualan tahun depan. "Saya pikir hari ini adalah apa yang terjadi di luar AS yang benar-benar mendorong pasar AS lebih tinggi," kata dia. Home Depot, komponen Dow, turun 2,1 persen setelah melaporkan laba kuartal ketiga sebesar 1,15 dolar AS per saham yang lebih rendah dua sen dari perkiraan para analis. Retailer material perbaikan rumah itu mengatakan belum bisa memperkirakan biaya pembobolan sistemnya, di mana penjahat siber mencuri 56 juta data kartu kredit dan 53 juta alamat surat elektronik (email). Home Depot mengatakan biaya itu dapat mencakup penggantian untuk penipuan kartu kredit dan tuntutan perdata di waktu mendatang. Pemasok peralatan medis Medtronic naik 4,7 persen setelah melaporkan laba kuartal kedua 96 sen per saham, sesuai harapan. Medtronic juga mengatakan masih berencana untuk melanjutkan akuisisi Covidien yang berbasis di Irlandia, meskipun peraturan kementerian keuangan AS mencegah transaksi yang untuk memindahkan ke yurisdiksi pajak yang lebih rendah. Perusahaan energi surya SunEdison melonjak 29,3 persen setelah ia dan anak perusahaannya TerraForm Power mengumumkan kesepakatan untuk membeli First Wind, pengembang proyek angin terkemuka di AS, senilai 2,4 miliar dolar AS. Harga obligasi naik. Imbal hasil pada obligasi 10-tahun pemerintah AS merosot menjadi 2,32 persen dari 2,34 persen pada Senin, sementara pada obligasi 30-tahun turun menjadi 3,04 persen dari 3,06 persen. Imbal hasil dan harga obligasi bergerak terbalik.
Kenaikan BBM berdampak pada pasar saham
November 19, 2014
News Market
KONTAK PERKASA FUTURES - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak pada pergerakan pasar saham, kata Kepala Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Semarang Stephanus Cahyanto Kristiadi. Kenaikan harga BBM, kata dia di Semarang, Selasa, sedikit banyak akan memengaruhi ongkos produksi industri. Dalam jangka pendek, menurut Cahyanto, akan berpengaruh pada penurunan besaran laba perusahaan. Hal inilah yang selanjutnya berdampak pada pasar saham. Beberapa sektor saham yang berpotensi mengalami penurunan transaksi dalam waktu yang relatif cukup lama, yaitu properti, manufaktur, dan perbankan. "Penurunan ini terjadi karena masyarakat masih menunggu kondisi benar-benar pasti salah satunya terkait dengan harga jual," ucapnya. Selain itu, lanjut dia, untuk bertransaksi melalui perbankan mereka juga masih menunggu kepastian suku bunga. Diakuinya, kondisi tersebut biasa terjadi pada kenaikan harga BBM pada tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan harga BBM juga akan berpengaruh terhadap penurunan daya beli di kalangan masyarakat. "Penurunan daya beli di kalangan masyarakat ini yang berpengaruh terhadap pergerakan saham. Kalau dampak secara ekonomi, yaitu terjadinya inflasi," jelasnya. Penurunan daya beli tersebut akan sangat terasa di kalangan masyarakat level menengah ke bawah. Penghasilan mereka tidak terlalu besar, tetapi terpaksa harus membeli kebutuhan hidup dengan harga lebih tinggi dibandingkan biasanya. Meski demikian, kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama, seiring dengan waktu mereka akan makin terbiasa menghadapi penyesuaian harga barang-barang sebagai dampak dari kenaikan harga BBM tersebut. "Selanjutnya, daya beli masyarakat akan kembali meningkat seperti sediakala, kondisi ini biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Kondisi akan kembali seperti semula sekitar 3--4 bulan lagi, selanjutnya pasar saham juga akan normal kembali,
Dolar menguat di tengah divergensi bank-bank sentral
November 19, 2014
News Market
KONTAK PERKASA FUTURES - Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada Selasa pagi, didorong spekulasi pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga. Sementara bank sentral di Eropa dan Jepang dalam perjalanan untuk memulai langkah-langkah stimulus guna meningkatkan perekonomian mereka yang melambat. Euro melemah terhadap sebagian besar mata uang utama setelah Mario Draghi, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), mengatakan pada Senin bahwa bank sentral akan melanjutkan stimulusnya untuk mengangkat ekonomi yang lemah, termasuk membeli obligasi pemerintah. Kurs euro/dolar turun 0,6 persen menjadi 1,2450 dalam perdagangan tengah hari. Yen turun terhadap dolar karena data menunjukkan Jepang jatuh ke dalam resesi pada kuartal ketiga. Kantor Kabinet Jepang mengatakan pada Senin bahwa produk domestik bruto negara itu menyusut menjadi 1,6 persen secara tahunan dalam tiga bulan hingga September, berbeda dengan harapan analis untuk kenaikan 2,2 persen. Setelah berita itu, kurs dolar/yen menyentuh tingkat tertinggi tujuh tahun 117,04. Yen berada di bawah tekanan sejak bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), mengumumkan akan memperluas program pelonggaran moneternya pada akhir Oktober. Di sisi ekonomi, Federal Reserve Bank of New York melaporkan bahwa indeks kondisi bisnis umum Empire State naik ke 10,2 poin pada November dari 6,2 poin pada bulan sebelumnya, menunjukkan aktivitas manufaktur di wilayah New York naik pada bulan ini. Setiap angka di atas nol menunjukkan ekspansi di sektor manufaktur. Momentum kenaikan keseluruhan ekonomi AS telah meningkatkan spekulasi pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebelum pertengahan 2015. Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,2453 dolar dari 1,2525 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,5642 dolar dari 1,5680 dolar. Dolar Australia turun menjadi 0,8710 dolar dari 0,8756 dolar. Dolar AS dibeli 116,48 yen Jepang, lebih tinggi dari 116,25 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik ke 0,9647 franc Swiss dari 0,9591 franc Swiss dan bergerak naik ke 1,1310 dolar Kanada dari 1,1283 dolar Kanada, demikian laporan Xinhua.
Langganan:
Postingan (Atom)