Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

25 Oktober 2019

Baru Saja Naik, Harga Minyak Kok Turun Lagi?


Kontak Perkasa Futures - Harga si emas hitam terkoreksi tipis setelah ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Walau secara tidak terduga stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun, kekhawatiran perlambatan ekonomi masih jadi pemicu "galaunya" harga minyak.

Harga minyak mentah kontrak berjangka jenis Brent turun 0,45% ke level US$ 61,39/barel sementara harga minyak mentah jenis Light Sweet terkoreksi 0,39% ke level US$ 56,01 pada 08.35 WIB

PT Kontak Perkasa - Harga minyak mentah memang ditutup menguat pada perdagangan kemarin setelah rilis data stok minyak mentah AS yang secara tak terduga turun.

Stok minyak mentah AS mingguan yang berakhir pada 18 Oktober lalu justru mengalami penurunan 1,7 juta barel. Hal ini juga kontras dengan prediksi analis yang menyebutkan adanya kemungkinan naiknya stok minyak mencapai 2,2 juta barel.



Menurut laporan Energy Information Administration (EIA), turunnya stok minyak mentah AS diakibatkan oleh dua hal yaitu naiknya aktivitas kilang minyak serta turunnya impor.

Selain stok minyak mentah AS yang turun, OPEC, Rusia dan negara produsen minyak lain yang tergabung dengan OPEC+ terus berupaya untuk menstabilkan harga di pasar dengan melakukan pemangkasan produksi minyak hingga 1,2 juta barel/hari.

PT Kontak Perkasa Futures - Langkah pemangkasan minyak tersebut telah diambil sejak Januari tahun ini dan berlaku hingga Maret 2020. Namun masih ada kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global yang melambat membuat harga minyak jadi galau.

Kalau ekonomi tumbuh melambat, ada kecenderungan permintaan minyak terpangkas. Belum lagi data perekonomian China sebagai negara importir minyak terbesar di dunia yang dirilis baru-baru ini bisa dibilang buruk.


Source CNBC Indonesia