Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

27 November 2014

Dolar AS turun di tengah data ekonomi lemah

KONTAK PERKASA FUTURES - Kurs dolar AS turun tipis terhadap mata uang utama lainnya pada Kamis pagi, karena data ekonomi dari negara itu sebagian besar lebih lemah dari yang diperkirakan. Penjualan rumah keluarga tunggal baru pada Oktober 2014 berada pada tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 458.000, 0,7 persen lebih tinggi dari revisi tingkat September 455.000, kata Departemen Perdagangan, Rabu. Estimasi terbaru itu di bawah perkiraan para analis 472.000, lapor Xinhua. Indeks penjualan "pending home", sebuah indikator ke depan berdasarkan penandatanganan kontrak di Amerika Serikat, turun 1,1 persen menjadi 104,1 pada Oktober dari revisi naik 105,3 pada September, menurut National Association of Realtors, Rabu. Dolar AS turun karena data suram dari pasar perumahan mengangkat kekhawatiran bahwa ekonomi AS telah kehilangan momentum. Dolar AS lebih lanjut di bawah tekanan karena data menunjukkan klaim pengangguran di negara itu naik pada minggu lalu. Angka pendahuluan untuk klaim awal yang disesuaikan secara musiman berdiri di 313.000 dalam pekan yang berakhir 22 November, meningkat 21.000 dari tingkat revisi minggu sebelumnya dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar, Departemen Tenaga Kerja melaporkan Rabu. Sementara itu, data akhir indeks sentimen konsumen dari Thomson Reuters/University of Michigan pada November keluar pada 88,8, lebih rendah dari estimasi sebelumnya 89,4 dan konsensus pasar 90,0. Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,2514 dolar dari 1,2470 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,5801 dolar dari 1,5706 dolar. Dolar Australia naik ke 0,8551 dolar dari 0,8521 dolar. Dolar AS dibeli 117,75 yen Jepang, lebih rendah dari 117,94 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun ke 0,9607 franc Swiss dari 0,9647 franc Swiss, dan bergerak turun menjadi 1,1232 dolar Kanada dari 1,1257 dolar Kanada.

Emas turun tipis dalam perdagangan pra-Tanksgiving

KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange sedikit menyusut pada Kamis pagi, dalam perdagangan lemah pra-Thanksgiving di Amerika Serikat. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun 0,3 dolar AS atau 0,03 persen, menjadi menetap di 1.197,5 dolar AS per ounce, lapor Xinhua. Data ekonomi AS yang lebih buruk dari perkiraan yang dirilis Rabu, gagal memberikan dukungan bagi emas. Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan klaim pengangguran awal melonjak 21.000 menjadi 313.000 dalam pekan yang berakhir 22 November, sementara perkiraan para ekonom hanya 288.000. Indeks pembelian manajer (PMI) Chicago turun pada November menjadi 60,8 dari 66,2 pada Oktober, MNI Indicators melaporkan. Tetapi penurunan emas dikekang pada Rabu, karena Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan rumah keluarga tunggal baru di AS naik tipis 0,7 persen pada Oktober ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 458.000, laju tercepat dalam lima bulan; dan pesanan barang tahan lama AS naik disesuaikan secara musiman 0,4 persen pada Oktober. Sementara itu, angka akhir indeks sentimen konsumen dari University of Michigan dan Thomson Reuters untuk November turun menjadi 88,8 dari 89,4, tetapi masih angka terbaik sejak Juli 2007. Investor juga sedang menunggu referendum akhir pekan Swiss tentang cadangan emasnya. Perak untuk pengiriman Maret turun 0,5 sen atau 0,03 persen, menjadi ditutup pada 16,606 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 3,9 dolar AS atau 0,32 persen, menjadi ditutup pada 1.228,4 dolar AS per ounce.

Harga minyak dunia turun jelang pertemuan OPEC

KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak dunia turun pada Kamis pagi dengan minyak AS jatuh ke terendah baru empat tahun, karena meningkatnya ekspektasi bahwa OPEC tidak akan mengambil tindakan signifikan dalam menanggapi merosotnya harga minyak. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, berkurang 40 sen menjadi 73,69 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, harga penutupan terendah sejak September 2010, lapor AFP. Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari turun 58 sen menjadi menetap di 77,75 dolar AS per barel di perdagangan London. Pedagang mencerna sejumlah laporan dari para menteri perminyakan menjelang pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina, Kamis waktu setempat. Pertemuan tersebut telah dinantikan mengingat penurunan 30 persen harga minyak sejak Juni. Tetapi pada keseimbangan, komentar dari Wina "menyebabkan banyak orang percaya bahwa OPEC tidak akan melakukan apa-apa," kata Andy Lipow, kepala konsultasi Houston, Lipow Oil Associates. Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi seperti dikutip Dow Jones Newswires mengatakan ia memperkirakan pasar minyak "nantinya menstabilkan dirinya sendiri", menunjukkan bahwa ia tidak melihat kebutuhan untuk pemotongan produksi besar. Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh, mengatakan posisinya mirip Naimi, meskipun ia menyatakan kekhawatiran tentang melimpahnya pasokan. "Semua ahli di pasar percaya bahwa kita memiliki kelebihan pasokan di pasar dan tahun depan kami akan memiliki lebih banyak kelebihan pasokan," kata Zanganeh. Para analis mengatakan pernyataan terkuat dari OPEC akan memangkas pagu produksinya dari tingkat saat ini 30 juta barel per hari. OPEC juga bisa berjanji untuk mengatasi kelebihan produksi dari para anggotanya, yang menghasilkan 30,6 juta barel per hari pada bulan lalu, menurut Badan Energi Internasional (IEA).  Sebuah pernyataan yang tidak jelas tentang peningkatan kepatuhan kuota akan berdampak kecil, kata Lipow. Tetapi sebuah janji "berani" dari OPEC dengan dukungan yang jelas dari Saudi untuk meningkatkan kepatuhan akan mengangkat harga di atas 80 dolar AS, kata dia. "Jika OPEC tidak melakukan apa-apa, saya perkirakan harga minyak dengan sangat cepat pergi di bawah 70 dolar AS per barel untuk WTI dan bergerak turun lebih jauh di bawah 65 dolar AS menuju 60 dolar AS," katanya.

Rupiah cenderung melemah

KONTAK PERKASA FUTURES - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, cenderung melemah, dengan posisi Rp12.164 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.163 per dolar AS. "Mata uang rupiah bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah di tengah antisipasi investor pasar uang terhadap data-data ekonomi Indonesia yang sedianya akan dipublikasi pada awal Desember mendatang," ujar Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto, di Jakarta Rabu. Ia memproyeksikan bahwa penaikan BBM subsidi akan mendorong inflasi di November 2014 ini, namun diyakini kenaikan inflasi masih dapat terjaga menyusul langkah cepat Bank Indonesia yang menaikan suku bunga acuan (BI rate). Sementara untuk data neraca perdagangan, akan mengalami penurunan defisit meski belum signifikan. Di sisi lain, lanjut dia, laju mata uang rupiah juga masih dibayangi oleh data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal III 2014 yang tumbuh 3,9 persen sehingga potensi dolar AS melanjutkan penguatan di pasar uang domestik cukup terbuka. "Ekonomi AS memang cenderung lebih baik dibandingkan negara maju lainnya seperti di negara-negara kawasan Eropa, Jepang, Tiongkok," katanya. Menurut Rully Arya Wisnubroto, meski rupiah cenderung melemah, namun pergerakannya masih relatif stabil. Kondisi rupiah yang cukup stabil itu dimulai sejak pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Diharapkan kebijakan pemerintah itu dapat mendorong ekspektasi pelaku pasar di dalam negeri positif terhadap fundamental ekonomi Indonesia ke depan sehingga mampu menopang mata uang domestik," katanya. Pada pekan ini, ia memproyeksikan bahwa mata uang rupiah akan bergerak di kisaran Rp12.135-Rp12.185 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.160 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.166 per dolar AS.