KONTAK PERKASA FUTURES - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, cenderung melemah, dengan posisi Rp12.164 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.163 per dolar AS. "Mata uang rupiah bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah di tengah antisipasi investor pasar uang terhadap data-data ekonomi Indonesia yang sedianya akan dipublikasi pada awal Desember mendatang," ujar Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto, di Jakarta Rabu. Ia memproyeksikan bahwa penaikan BBM subsidi akan mendorong inflasi di November 2014 ini, namun diyakini kenaikan inflasi masih dapat terjaga menyusul langkah cepat Bank Indonesia yang menaikan suku bunga acuan (BI rate). Sementara untuk data neraca perdagangan, akan mengalami penurunan defisit meski belum signifikan. Di sisi lain, lanjut dia, laju mata uang rupiah juga masih dibayangi oleh data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal III 2014 yang tumbuh 3,9 persen sehingga potensi dolar AS melanjutkan penguatan di pasar uang domestik cukup terbuka. "Ekonomi AS memang cenderung lebih baik dibandingkan negara maju lainnya seperti di negara-negara kawasan Eropa, Jepang, Tiongkok," katanya. Menurut Rully Arya Wisnubroto, meski rupiah cenderung melemah, namun pergerakannya masih relatif stabil. Kondisi rupiah yang cukup stabil itu dimulai sejak pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Diharapkan kebijakan pemerintah itu dapat mendorong ekspektasi pelaku pasar di dalam negeri positif terhadap fundamental ekonomi Indonesia ke depan sehingga mampu menopang mata uang domestik," katanya. Pada pekan ini, ia memproyeksikan bahwa mata uang rupiah akan bergerak di kisaran Rp12.135-Rp12.185 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.160 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.166 per dolar AS.