Nilai tukar rupiah
yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah
sebesar 30 poin ke posisi Rp12.019 dibandingkan sebelumnya di level
Rp11.989 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah pagi ini menyentuh level Rp12.000 per dolar AS,
padahal laju dolar AS cenderung mengalami pelemahan di sebagian pasar
regional menyusul perkiraan pasar bahwa the Fed tetap mempertahankan
suku bunga acuannya di level rendah dalam beberapa bulan mendatang,"
kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pengaruh neraca perdagangan Indonesia yang masih
defisit, ditambah kenaikan harga minyak dunia akibat kisruh yang terjadi
di Irak masih menjadi sentimen negatif bagi mata uang rupiah.
"Karena masih adanya kekhawatiran tersebut maka rupiah kembali tertekan," katanya.
Analis pasar uang Bank Mandiri Renny Eka Putri menambahkan bahwa
sentimen pasar uang dalam negeri saat ini belum ada yang mendukung
penguatan mata uang rupiah baik dari eksternal maupun domestik.
"Kondisi perekonomian global yang belum stabil seiring dengan
adanya kisruh geopolitik di Irak dan Ukraina yang masih berlangsung akan
mendorong permintaan mata uang safe haven mengalami peningkatan,"
katanya.
Sentimen dari dalam negeri, lanjut dia, data-data ekonomi Indonesia
yang sedianya akan dirilis pada pekan depan sentimennya masih mendatar.
Menurut dia, inflasi masih diekspektasikan tinggi menyusul tahun
panen raya nasional yang mulai berkurang dan menjelang bulan puasa dan
Hari Raya Lebaran.