Menteri Keuangan M
Chatib Basri mengemukakan bahwa salah satu penyebab nilai tukar rupiah
terkoreksi terhadap dolar AS yakni persaingan kandidat capres-cawapres
yang semakin ketat.
"Kondisi itu menjadi perhatian beberapa bond holders besar, muncul
pertanyaan adalah keamanan. Kalau hasilnya ketat dan dekat dikhawatirkan
ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Untuk pelaku pasar kan memerlukan
kepastian," ujar Menkeu saat acara Bisnis Award 2014 di Jakarta, Selasa
malam.
Selain itu, lanjut dia, yakni karena defisit neraca perdagangan
Indonesia. Kendati demikian, neraca perdagangan cenderung mulai
mengalami perbaikan.
"Bulan ini, akan ada indikator net surplus untuk neraca perdagangan Indonesia," ucapnya.
Faktor lainnya, Chatib Basri mengatakan bahwa tertekannya rupiah
juga dipicu dari harga minyak dunia yang melambung akibat geopolitik di
Irak. Hal itu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi nilai tukar
rupiah.
Kendati demikian, M Chatib Basri mengaku optimistis nilai tukar
rupiah akan kembali menguat dalam beberapa waktu ke depan. Nilai tukar
rupiah yang sempat menyentuh angka Rp12.000 per dolar AS, telah kembali
turun pada kisaran Rp11.900-an per dolar AS.
Ia mengemukakan bahwa mata uang rupiah sempat memiliki kinerja
dengan performa terbaik kedua di dunia yang berlangsung dari awal tahun
ini hingga Mei. "Nilai tukar kita mulai menguat pada akhir Januari tahun ini dan
sempat menjadi best performance dengan penguatan sampai enam persen,"
katanya. (*)