Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat tipis sebesar sembilan poin menjadi Rp11.960 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.969 per dolar AS. Analis Woori Korindo Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa laju nilai tukar rupiah bergerak menguat menyusul salah satu data AS yakni pesanan peralatan turun dan klaim pengangguran meningkat. "Kondisi itu membuat ekspektasi di pasar bahwa The Fed tidak akan segera menaikkan suku bunganya. Pelaku pasar juga menanggapi komentar Gubernur The Fed yang meminta pelaku pasar sabar menunggu kepastian suku bunga AS," katanya. Menurut dia, komentar tersebut dipersepsikan bahwa the Fed masih mencari waktu yang pas untuk menaikkan suku bunganya sehingga sebagian pelaku pasar cenderung kembali mentransaksikan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah meski tidak terlalu agresif. Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan rupiah masih cenderung terbatas, mata uang dolar AS masih terjaga pada level tinggi seiring dengan ekspektasi pelaku pasar yang masih cukup kuat bahwa kenaikan suku bunga acuan AS bisa lebih cepat dari proyeksi. "Beberapa faktor fundamental yang mendukung yakni the Fed masih berada di jalurnya untuk mengakhiri program quantitative easing (QE) dan kemungkinan kenaikan suku bunga di pertengahan tahun depan seperti yang di rencanakan," katanya. Di sisi lain, lanjut dia, juga belum terlihat adanya perbaikan ekonomi yang signifikan di negara-negara berkembang.