Bloomberg ( 16/12 ) – Indeks Asia berjangka dan saham Australia jatuh sebelum data manufaktur dari China dan AS dan setelah Indeks Standard & Poor 500 ditutup merosot mingguan terburuk sejak bulan Agustus. Perak turun seiring minyak mentah rally. Indeks berjangka Nikkei 225 Stock Average ditawarkan pada level 15,450 di pre-market Osaka, dari level 15.475 di Chicago pada tanggal 13 Desember dan level 15.480 di Jepang. Indeks Australia S&P/ASX 200 turun 0,4 persen pada pukul 10:19 di Sydney seiring mata uang negara tersebut melemah terhadap dolar AS. Indeks berjangka S&P 500 naik 0,1 persen setelah indeks merosot 1,7 persen pada pekan lalu. Tembaga berjangka dan perak tergelincir 0,2 persen sementara minyak mentah Brent kontrak berjangka naik 0,5 persen. Gas alam menurun di awal perdagangan, turun 1,8 persen. Kontrak berjangka pada indeks Kospi Korea Selatan turun 0,1 persen pada sesi perdagangan terbaru mereka, setelah mengukur penurunan 0,9 persen pada pekan lalu di Seoul. Kontrak berjangka pada Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,3 persen pada 14 Desember, sementara Indeks berjangka Hang Seng China Enterprises turun 0,5 persen. Indeks saham China-AS Bloomberg dari saham Cina yang paling diperdagangkan di New York naik 0,8 persen pada 13 Desember, mengurangi penurunan mingguan pertamanya dalam lima minggu terakhir yang mencapai 3 persen. Laporan hari ini mungkin menandakan pertumbuhan output pabrik di China, kawasan euro dan Amerika Serikat, menurut survei Bloomberg, sedangkan indeks Tankan Jepang diproyeksikan untuk menunjukkan kepercayaan di kalangan produsen besar adalah yang tertinggi sejak 2007. India juga melaporkan data inflasinya pada hari ini. Indeks MSCI Asia Pacific Index 1,1 persen pada minggu lalu, penurunan minggu kedua, seiring investor menunggu pertemuan Federal Reserve pada minggu ini di tengah spekulasi atas timeline untuk pemangkasan pembelian obligasi. (izr)