Bloomberg, (15/4) - Saham-saham Asia melemah, dengan indeks patokan regional meluncur dari kenaikan mingguan terbesar dalam tujuh bulan terakhir karena investor menunggu data pertumbuhan ekonomi (GDP) China setelah penjualan ritel AS turun secara tak terduga. MSCI Asia Pacific Index tergelincir 0,2 persen menjadi 137,86 pada pukul 10:17 a.m. di Tokyo sebelum pasar saham Hong Kong dan China di buka pagi ini. Indeks itu melonjak 3,5 persen pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September, karena yen diperdagangkan mendekati 100 per dolar dan inflasi China lebih lambat dari estimasi sehingga meredakan kekhawatiran tentang pengetatan kebijakan moneter. Penjualan ritel di AS turun pada bulan Maret, yang paling dalam sejak sembilan bulan terakhir. "Secara jangka pendek, ada kekhawatiran atas fakta bahwa kita mendapatkan data yang sedikit lebih lembut yang keluar dari AS dalam seminggu terakhir," kata Angus Gluskie, managing director dari White Funds Management. "Selama jangka menengah, mungkin masih ada pontensi kenaikan karena indikasi peningkatan sinkronisasi pada pertumbuhan perekonomian global." Nikkei 225 Stock Average Jepang turun 0,8 persen setelah Departemen Keuangan AS mengatakan akan mendesak Jepang untuk menahan diri dari mengejar kebijakan moneternya dalam mendevaluasi mata uangnya. Ekonomi negara itu telah menunjukkan tanda-tanda meningkat, kata Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda hari ini di Tokyo. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,4 persen, sementara Indeks Taiex Taiwan sedikit berubah. S & P / ASX 200 Index Australia turun 0,7 persen dan Indeks NZX 50 Selandia Baru sedikit berubah. (brc)