SEOUL, Kontan (9/5) -- Bank sentral Korea mengikuti jejak bank sentral Australia, Eropa, dan India. Hari ini, tanpa disang-sangka, Bank of Korea (BOK) memangkas bunga acuannya untuk pertama kali dalam tujuh bulan terakhir. Gubernur BOK Kim Choong Soo mengumumkan penurunan bunga acuan yang berupa bunga repurchase tujuh hari Korea dari 2,75% ke 2,5%. Hanya enam dari 20 ekonom dalam survei Bloomberg yang memprediksi pemangkasan ini. BOK mengatakan bahwa pemangkasan ini menimbang sejumlah faktor eksternal. Di antaranya, pemulihan ekonomi AS yang moderat, aktivitas ekonomi di zona euro yang melambat lebih jauh, dan indikator ekonomi negara berkembang seperti China yang lebih lemah dari perkiraan. "Ekonomi global akan pulih dengan stabil, tapi risiko penurunan masih ada dari pelemahan ekonomi zona euro dan ketidakpastian lainnya," ujar pernyataan BOK. Soal ekonomi negeri ginseng sendiri, BOK melihat ekonomi masih akan menunjukkan gap output negatif untuk beberapa waktu lamanya, akibat lambannya pemulihan ekonomi global, pelemahan yen, dan risiko geopolitik. 09 Mei 2013
Tanpa diduga, Korsel tiba-tiba pangkas bunga
SEOUL, Kontan (9/5) -- Bank sentral Korea mengikuti jejak bank sentral Australia, Eropa, dan India. Hari ini, tanpa disang-sangka, Bank of Korea (BOK) memangkas bunga acuannya untuk pertama kali dalam tujuh bulan terakhir. Gubernur BOK Kim Choong Soo mengumumkan penurunan bunga acuan yang berupa bunga repurchase tujuh hari Korea dari 2,75% ke 2,5%. Hanya enam dari 20 ekonom dalam survei Bloomberg yang memprediksi pemangkasan ini. BOK mengatakan bahwa pemangkasan ini menimbang sejumlah faktor eksternal. Di antaranya, pemulihan ekonomi AS yang moderat, aktivitas ekonomi di zona euro yang melambat lebih jauh, dan indikator ekonomi negara berkembang seperti China yang lebih lemah dari perkiraan. "Ekonomi global akan pulih dengan stabil, tapi risiko penurunan masih ada dari pelemahan ekonomi zona euro dan ketidakpastian lainnya," ujar pernyataan BOK. Soal ekonomi negeri ginseng sendiri, BOK melihat ekonomi masih akan menunjukkan gap output negatif untuk beberapa waktu lamanya, akibat lambannya pemulihan ekonomi global, pelemahan yen, dan risiko geopolitik. 
