Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

15 Juli 2013

Emas perpanjang reli pekan lalu jelang rilis data GDP China

Bloomberg, (15/7) - Emas memperpanjang kenaikan mingguan terbesar sejak 2011 dan logam mulia lainnya reli pada prospek bahwa AS akan mempertahankan stimulus moneternya. Dollar Australia dan dollar Selandia Baru menguat menjelang rilis data ekonomi China yang banyak diprediksi oleh para ekonom untuk tetap menunjukkan perlambatan pertumbuhan di kuartal kedua.Emas naik 0,4 persen menjadi $ 1,290.04 per ounce pada pukul 09:09 pagi di Tokyo, sementara perak naik 0,5 persen dan paladium serta platinum ikutan menguat. Aussie (dollar Australia) menguat sebesar 0,2 persen setelah jatuh ke level terlemah sejak Agustus 2010 pada Jumat lalu. Kiwi (dollar Selandia Baru) naik sebesar 0,2 persen, memangkas penurunan sebesar 1 persen pada akhir pekan lalu. Index saham regional MSCI Asia Pacific naik 0,1 persen, dengan pasar saham Jepang ditutup untuk libur nasional. Kontrak pada indeks Standard & Poor 500 naik sebesar 0,1 persen setelah meningkat ke rekor tertinggi pada 12 Juli lalu.Ketua Federal Reserve, Ben S. Bernanke pekan lalu mengatakan bahwa AS masih membutuhkan kebijakan moneter yang sangat akomodatif untuk masa mendatang. Ini  memperkuat daya tarik emas sebagai penyimpan nilai. Ekonomi China, terbesar kedua di dunia, diperkirakan mengalami ekspansi sebesar 7,5 persen dalam tiga bulan terakhir sampai 30 Juni lalu, menurut rata-rata perkiraan dari 45 ekonom sebelum data GDP tersebut dirilis pagi ini, setelah pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi mencatat perlambatan menjadi 7,7 persen. Menteri Keuangan China, Lou Jiwei mengatakan Jumat lalu bahwa pertumbuhan pada tahun 2013 mungkin akan berada di bawah target.'Fokus utama hari ini adalah pada data China, terutama untuk negara-negara seperti Australia, karena tidak ada keraguan bahwa perekonomian negara itu telah kehilangan momentum pertumbuhannya,' ungkap Mark Smith, senior ekonom dari ANZ Bank New Zealand Ltd, pemberi pinjaman terbesar di negara itu. 'Namun secara luas, orang-orang masih sangat terfokus kepada The Fed.' (brc)