Bloomberg, (5/6) - Dolar bertahan di atas 100 yen untuk hari kedua, setelah menguat dari posisi terendah dalam hampir sebulan terakhir sebelum rilis data tenaga kerja AS yang dapat menambah kasus bagi Federal Reserve untuk memperlambat laju stimulus moneternya. Presiden the Fed of Kansas City, Esther George kemarin mendesak pengurangan program pembelian obligasi bank sentral yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE) karena laju pertumbuhan yang semakin cepat. Presiden the Fed of San Francisco, John Williams mengatakan "penyesuaian ke bawah" yang mengacu pada pembelian aset dan itu mungkin secepat "awal musim panas ini." Dolar naik 0,3 persen ke 100,30 yen pada pukul 09:39 am di Tokyo dari level kemarin, ketika naik 0,5 persen. Mata uang tersebut turun ke 98,87 pada tanggal 3 Juni lalu, terendah sejak 9 Mei. Euro jatuh 0,1 persen menjadi $ 1,3069. Mata uang bersama Eropa tersebut naik sebesar 0,2 persen menjadi 131,10 yen. Indeks Dollar, yang Intercontinental Exchange Inc menggunakannya untuk melacak dolar AS terhadap mata uang dari enam mitra dagangnya, naik sebesar 0,1 persen menjadi 82,87. ADP Research Institute kemungkinan akan melaporkan tingkat penyerapan tenaga kerja di AS yang naik sekitar 46.000 pekerjaan menjadi 165.000 pada bulan Mei dibandingkan bulan sebelumnya, menurut perkiraan median dari ekonom yang disurvei Bloomberg News. Yen melemah terhadap sebagian besar rekan-rekan utama sebelum Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menguraikan strategi pertumbuhannya, "panah ketiga" dari program kebangkitan ekonomi yang bertujuan untuk membangun stimulus fiskal dan moneter. Yen jatuh ke posisi terlemah sejak Oktober 2008 pada bulan lalu, setelah Bank of Japan pada bulan April mengumumkan akan membeli lebih dari 7 triliun yen (US $ 70 milyar) dari obligasi setiap bulannya. (brc)