Bloomberg (23/05) – Topix indeks Jepang jatuh hampir 7 persen yang terbesar sejak setelah bencana tsunami dan nuklir bulan Maret 2011, dengan rontoknya saham-saham perusahaan finansial ditengah melonjaknya imbal hasil obligasi negara itu. Kemerosotan tajam ini memicu terhentinya perdagangan berjangka di Nikkei 225 Stock Average Osaka. Indeks Topix kehilangan 6,9 persen dan ditutup pada level 1,188.34 di Tokyo. Bahkan dengan penurunan saat ini, Index Jepang berbasis luas tersebut masih naik hampir 40 persen untuk tahun ini. Imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah Jepang (JGB) menyentuh 1 persen hari ini untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir setelah obligasi Treasuries Amerika Serikat meluncur pada spekulasi Federal Reserve yang akan memperkecil skala stimulus moneternya. "Kenaikan suku bunga menjadi cerita hari ini," kata Tomomi Yamashita, fund manager dari Shinkin Asset Management Co di Tokyo. "Banyak aksi profit taking terjadi. Ketika volatilitas tinggi, maka para investor ingin melepas aset risiko dan menjauh dari aset berisiko." Bank of Japan menyuntikkan 2 trilyun yen ($19.4 milyar) ke dalam sistem keuangan saat ini untuk membendung volatilitas, karena acuan imbal hasil JGB alami ayunan terbesar sejak hari setelah bank sentral mengumumkan pembelian obligasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Eksportir jatuh setelah Indeks Pembelian Manajer (PMI) China yang dirilis HSBC dan Markit Economics jatuh ke 49,6. Angka tersebut berbanding dengan estimasi median 50,4 dari 13 analis yang disurvei oleh Bloomberg News. Angka dibawah 50 menunjukkan kontraksi aktivitas. (brc)