MarketWatch, (20/8) - Pasar saham Asia mengalami kemunduran pada hari Selasa di tengah kekhawatiran penurunan pembelian obligasi dari Federal Reserve yang akan berdampak pada berkurangnya permintaan untuk aset-aset di emerging market, dengan saham-saham di Jepang, Indonesia dan Thailand yang menderita kerugian besar siang ini. Beberapa mata uang Asia juga terkena dampak dari kekhawatiran bahwa investor asing akan menarik dananya dari wilayah ini, dengan rupee India jatuh ke rekor terendah baru terhadap mata uang AS.Penurunan tajam terjadi di tengah meningkatnya imbal hasil Treasury AS dan karena investor memilih untuk fokus ke laporan risalah pertemuan kebijakan terkini dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu besok untuk melihat petunjuk-petunjuk baru tentang prospek program stimulus bank sentral AS.'Emerging market kini tengah menderita sentimen yang lemah dari pasar negara maju karena investor takut bahwa risalah FOMC dan pertemuan bank-bank sentral di Jackson Hole pekan ini mungkin akan mengakibatkan perubahan kebijakan the Fed yang akan berpotensi mengalihkan aliran modal dari negara-negara berkembang,' kata Dariusz Kowalczyk, ekonom senior dari Credit Agricole.Nikkei Stock Average Jepang berakhir 2,6% lebih rendah, Kospi Korea Selatan kehilangan 1,6% dan S&P/ASX 200 Australia menyerah 0,7%.Dalam perdagangan sore, Indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 1,7% dan Shanghai Composite China turun 0,5%.Di tempat lain, Indonesia merosot hingga 4,3% dan memasuki wilayah pasar bearish setelah kehilangan lebih dari 20% sejak mencapai level tertinggi 52-minggu pada 21 Mei lalu.Thailand tergelincir 2,8% dan S & P BSE Sensex India tergelincir 0,3%.Dalam perdagangan mata uang, dolar AS naik ke rekor tinggi di 64,12 rupee India selama sesi hari ini, sebelum akhirnya turun ke sekitar 63,72 rupee.Kerugian hari juga terjadi setelah Dow Jones Industrial Average bergerak lebih rendah pada Senin, menandai kehilangan beruntun terpanjang di 2013. Penurunan tersebut terjadi setelah imbal hasil obligasi 10-tahun Treasury mencapai level tertinggi baru sejak dua tahun terakhir.'Pasar tidak menyukai ketidakpastian, dan kebijakan AS [Federal Reserve] dan meningkatnya imbal hasil turut menambah kekhawatiran untuk pasar. Beberapa petunjuk dari the Fed AS dari risalah akan segera di respon, karena kebijakan tersebut tidak hanya akan memberikan distorsi kepada harga aset di AS, tetapi juga di seluruh dunia,' kata kepala peneliti pasar dari Perpetual Investment, Matthew Sherwood. (brc)
|