Bloomberg (29/7) – Minyak WTI berayun diantara gain dan juga loss mendekati harga terendahnya selama lebih dari dua pekan terakhir, negara Arab Saudi memberi sinyal bahwa mereka tidak akan meningkatkan kapasitas produksi seperti yang telah direncanakan dikarenakan memudarnya demand. Saham berjangka mengalami fluktuasi di New York setelah menghentikan penurunan mingguan pertamanya selama lebih dari sebulan pada tanggal 26 Juli pekan lalu, menteri dalam negeri Mesir mengatakan bahwa kekuatan keamanan bertujuan untuk membawa stabilitas setelah terdapat lusinan orang yang tewas dalam bentrokan diakhir pekan yang lalu, sementara itu pihak Federal Open Market Committee A.S akan mengadakan pertemuan pada esok hari, sementara data manufaktur dari China telah jatuh tempo pada tanggal 1 Juli yang lalu, diskon WTI bagi minyak berjangka Brent telah diperluas untuk hari yang keempat.WTI untuk pengiriman bulan September berada dilevel harga $104.36 per barel, turun sebanyak 34 sen, dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange pada jam 1:25 siang waktu Sidney, sementara itu seluruh volume kontrak berjangka yang diperdagangkan berada sebanyak 68% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 100 hari, kontrak tersebut tergelincir sebanyak 79 sen menuju ke level harga $104.70 pada tanggal 26 Juli pekan lalu, yang merupakan level terendah sejak tanggal 9 Juli, selain itu harga-harga menurun sebanyak 3.1% pada pekan yang lalu.Brent oil untuk settlement bulan September naik sebanyak 5 sen menuju ke level harga $107.22 per barel pada London-based ICE Futures Europe exchange, sementara itu acuan di Eropa berada pada level premium sebanyak $2.84 bagi Minyak berjangka WTI, yang naik dari level harga $2.47 pada tanggal 26 Juli.(tito)
|