BRUSSELS. Upaya perbaikan ekonomi di Eropa belum menunjukkan sinyal positif. Tingkat pengangguran Zona Euro pada April lalu mencapai rekor, yakni 12,2% dari populasi, sementara inflasi juga terus tertekan. Badan statistik Eropa, Eurostat mengumumkan, jumlah pengangguran naik 95.000 orang, menjadi 19,38 juta orang. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan Maret pada posisi 12,1%, serta jauh meninggalkan kondisi ketika tahun 2008, yang masih 7,5% dari penduduk. Perbedaan level pengangguran antar-negara di Zona Euro bisa sangat tajam. Misalnya, rasio pengangguran di Yunani dan Spanyol di atas 25%, sementara di Jerman hanya 5,4%. Prancis juga mencapai rekor pengangguran. Di Yunani dan Spanyol, lebih dari setengah kaum muda berusia 16 hingga 25 tahun tidak bekerja. Pengangguran muda di Italia mencapai tertinggi selama 36 tahun, yaitu 40%. "Jumlah kaum muda yang tidak bekerja pada level ini mendorong risiko permanen menjadi pengangguran, dan menurunkan pertumbuhan berkelanjutan di masa mendatang," kata Tom Rogers, Penasihat Ekonom Senior Ernst & Young, dikutip Associated Press (AP). Sejak kawasan ini dibentuk tahun 1999 silam, sebanyak 17 negara pengguna euro menghadapi masa resesi terpanjang. Mereka sulit mencapai target inflasi. Pada bulan Mei lalu, angka inflasi mencapai 1,4%, naik tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,2%. Hasil frustasi ini mendorong protes di berbagai negara. Sebanyak 7.000 anggota Block-upy, Jumat (31/5), memblokir akses ke bank sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, memprotes langkah pembuat kebijakan menangani krisis. Sabtu lalu, gerakan anti-pengetatan anggaran juga menggelar unjuk rasa di Madrid, Spanyol dan Lisbon, Portugal. Mereka yang membawa spanduk "IMF, keluar dari sini!" menuduh Troika -Komisi Eropa, ECB, dan Dana Moneter Internasional (IMF)- mementingkan pengetatan anggaran, tanpa memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Spanyol dan Portugal saat ini didesak menegosiasikan dana bantuan € 40 miliar (US$ 52 miliar) ditukar dengan pengetatan sistem perbankan. Portugal juga menerima € 78 miliar (US$ 101 miliar) bailout dan membayarnya dengan kenaikan pajak dan pemangkasan upah buruh.