Bloomberg, (17/5) -- Emas menuju penurunan mingguan kedua kalinya, meskipun kejatuhan harga kembali menarik para pembeli tapi kelanjutan pengurangan kepemilikan exchange-traded product (ETP) dan penguatan dollar membebani potensi kenaikannya. Emas untuk pengiriman segera sedikit berubah di $1,387.3/oz pada pukul 09:58 am di Singapura setelah enam hari mengalami penurunan. Ketujuh hari dari penurunan ini akan menjadi kerugian terpanjang sejak Maret 2009. Logam kuning, yang turun ke intraday terendah di $1,369.85 kemarin, mencatat kerugian 4.2 persen selama pekan ini. Indikator RSI 14-hari pada emas telah jatuh ke level terendah dalam sebelum terakhir, di dekat level 30 yang biasanya diartikan sebagai sinyal teknis untuk rebound dalam waktu dekat. Asset pada SPDR Gold Trust jatuh ke 1,041.42 metrik ton kemarin, terkecil sejak Maret 2009 menurut data yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Kepemilikan dalam exchange-traded product terbesar di dunia yang didukung oleh logam kuning tersebut jatuh sebesar 23 persen sejak awal tahun. Emas telah mundur sebanyak 17 persen di tahun ini seiring dengan reli dollar sebesar 5.2 persen terhadap enam mitra dagang utamanya termasuk yen dan euro ditengah prospek untuk pemulihan ekonomi AS dan pengurangan skala stimulus dari the Fed. Bullion masuk ke pasar bearish bulan lalu karena sebagian investor telah kehilangan kepercayaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai kekayaan dan beralih ke aset lain termasuk ekuitas sehingga membawa index saham AS naik ke rekor tertinggi. Bullion untuk pengiriman Juni jatuh 0.2 persen ke $1,383.90 per ounce di COmex, New York, juga penurunan minggu keduanya. 17 dari analis yang disurvey Bloomberg mengatakan bawah emas akan jatuh pekan depan, 8 memprediksi bullish dan 3 netral - porsi tertinggi untuk bearish dalam dua pekan. "Emas akan tertekan," karena inflasi yang gagal terakselerasi dan risiko terburuk dari ekonomi global mulai memudar, ungkap Ric Deverell, kepala peneliti komoditi dari Credit Suisse Group AG kemarin. (brc)