Harga minyak global ditutup bervariasi pada Selasa, setelah data industri Amerika Serikat dan Tiongkok yang lemah mempersuram prospek permintaan di kedua ekonomi terbesar dunia tersebut. Acuan kontrak berjangka AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 65 sen menjadi berakhir pada 92,92 dolar AS per barel, sedikit "rebound" (berbalik naik) dari kerugian curam baru-baru ini. Pada Jumat (12/9) WTI telah ditutup pada titik terendah sejak Januari, lapor AFP. Di London pada hari terakhir kontrak Oktober, minyak mentah Brent North Sea merosot 46 sen menjadi menetap di 96,65 dolar AS per barel, tingkat terendah sejak akhir Juni 2012. Pasar minyak di kedua sisi Atlantik berada di bawah tekanan pada pagi hari setelah Tiongkok pada akhir pekan melaporkan bahwa produksi industrinya pada Agustus melemah, dengan pertumbuhan menurun tajam menjadi 6,9 persen, kecepatan paling lambat dalam lebih dari lima tahun terakhir. Data tersebut menambah kekhawatiran tentang melemahnya pertumbuhan di ekonomi nomor dua dunia itu, apalagi setelah langkah-langkah stimulus terbatas pemerintah Tiongkok. "Pertumbuhan Tiongkok yang kurang dari perkiraan diterjemahkan ke dalam permintaan yang lebih rendah untuk minyak," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates. Data Tiongkok diikuti data resmi pada Senin yang menunjukkan penurunan tak terduga dalam hasil industri AS pada Agustus setelah enam bulan berturut-turut meningkat. Lipow mengatakan "rebound" WTI bukan karena faktor tertentu tetapi terjadi di tengah "pemanfaatan tertinggi secara historis kilang minyak sepanjang tahun ini, dan itu menciptakan permintaan untuk minyak." Sementara itu, pedagang mempertimbangkan sebuah penurunan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk sebagian besar negara maju utama oleh OECD, terutama menyoroti pemulihan zona euro yang lamban sebagai "fitur yang paling mengkhawatirkan dari proyeksi." Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan memangkas perkiraan pertumbuhan 2014-nya untuk 18-negara zona euro menjadi 0,8 persen dari perkiraannya pada Mei sebesar 1,2 persen. Untuk Tim Evans dari Citi Futures, kenaikan tipis WTI menunjukkan bahwa pasar telah mencapai tingkat "di mana penjualan kemungkinan mengering, dan pemburuan harga murah (bargain-hunting) muncul."