Gubernur Bank
Indonesia Agus Martowardojo menilai semakin dekatnya Pilpres 2014 yang
akan digelar pada 9 Juli nanti telah membuat pergerakan rupiah
terpengaruh dalam sepekan terakhir. "Sebetulnya ini kondisi yang
sifatnya non teknis. Ada suatu pengaruh dari perkembangan politik di
Indonesia," ujar Agus saat ditemui di Gedung DPR di Jakarta, Senin
malam. Namun, lanjut Agus, penguatan rupiah tersebut sifatnya
hanya sementara dan secara umum tidak ada suatu hal khusus yang membuat
rupiah bergerak menguat.
Agus juga meyakinkan bahwa pihaknya akan selalu berada di pasar
untuk menjaga volatilitas nilai tukar berada di level yang wajar.
"BI akan ada di pasar. Apapun hasil dari pemilu BI akan yakinkan bahwa stabilitas nilai tukar terjaga," kata Agus.
Ia menambahkan, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh perkembangan
neraca perdagangan yang menunjukkan perbaikan dengan surplusnya neraca
perdagangan non migas. Selain itu, BI juga menyatakan bahwa inflasi sudah menuju ke tingkat
yang normal sesuai dengan target yang ditetapkan dan pihaknya akan
menjaga inflasi terus berada di tingkat normal.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin
sore menguat 198 poin menjadi 11.674 per dolar dibandingkan sebelumnya
11.872 per dolar AS.
Euforia menjelang berlangsungnya pemilu presiden Indonesia pada 9
Juli 2014 mendatang cukup memberikan sentimen positif bagi rupiah.
Investor sepertinya cukup yakin bahwa pemilu presiden dapat berjalan
lancar.
Kendati demikian, investor kemungkinan juga akan tetap waspada menanti hasil pemilu presiden pada 9 Juli 2014.
Di sisi lain, pelaku pasar uang juga sedang menunggu kebijakan
moneter dari Bank Indonesia pada 10 Juli mendatang terkait suku bunga
acuan (BI rate). Pelaku pasar juga menanti publikasi Komite Pasar Terbuka Federal
(FOMC) pada pekan ini. Jika the Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga
lebih cepat maka dapat meningkatkan daya tarik dolar AS.