Nilai tukar rupiah
dalam transaksi antarbank di Jakarta, Kamis sore di posisi Rp12.088 per
dolar AS atau menguat dua poin dibanding sebelumnya yakni Rp12.090.
"Faktor eksternal menjadi pendorong mata uang rupiah menguat meski
masih dalam kisaran terbatas," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan
Saudara Ruly Nova di Jakarta.
Menurut dia, dolar AS cenderung tertekan terhadap mayoritas mata
uang utama dunia setelah data produk domestik bruto (PDB) AS kuartal
pertama AS turun menjadi 2,9 persen.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah diperkirakan hanya
dalam jangka pendek seiring dengan kondisi politik yang cenderung panas.
"Diharapkan, setelah pelaksanaan pilpres mata uang rupiah sesuai dengan fundamental, saat ini nilai tukar rupiah sudah undervalue," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan
Bank Indonesia kemungkinan juga mengurangi intervensinya di pasar uang
domestik dan membiarkan pelemahan pada mata uang rupiah.
"Bank Indonesia mungkin akan meningkatkan intervensinya jika mata uang rupiah turun cepat," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, permintaan dolar AS akan cenderung
meningkat untuk keperluan impor menjelang bulan puasa serta
ketidakpastian politik di dalam negeri dan kenaikan harga minyak mentah
dunia masih berkontribusi menekan rupiah
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini
(26/6), tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.091
dibandigkan posisi sebelumnya Rp12.027 per dolar AS.