Aktivitas manufaktur China tumbuh pesat bulan lalu berkat
meningkatnya permintaan, menurut data resmi akhir pekan lalu. Hal ini
menimbulkan optimisme ekonomi terbesar kedua itu sedang menuju titik
balik. Indeks
PMI manufaktur naik ke 50,8 di Mei dari 50,4 di April, seperti
dilaporkan pemerintah Sabtu. Angka itu lebih tinggi dari prediksi 50,6
dan yang tertinggi dalam lima bulan. Kenaikan ini didorong oleh
meningkatnya permintaan, seperti ditunjukkan lewat sub-indeks new orders
yang naik ke 52,3 dari 51,2, tertinggi sejak Nopember 2013. Sub-indeks
export orders naik ke 49,3 dari 49,1. Angka di atas 50 berarti
pertumbuhan, di bawah itu menandakan kontraksi.
Sebagai salah satu indikator penting yang mengukur momentum ekonomi, perbaikan angka mengindikasikan data lainnya di Mei juga akan positif. Data itu turut menimbulkan pandangan ekonomi sedang titik balik. Martin Lakos, direktur Macquarie Private Wealth, mengatakan kepada CNBC bahwa ada potensi pertumbuhan di kuartal ketiga mencapai 7,7%.
Seng Wun Soon, ekonom dari CIMB, melihat para pembuat kebijakan berhasil mengurangi risiko perlambatan tajam. Namun ia tidak terlalu optimis, dengan memperingatkan jangan berpuas diri dulu karena data dari China tidak seterusnya bagus. Menurutnya, permintaan ekspor masih kontraksi, dan permintaan domestik lebih didorong oleh stimulus. Alhasil, jalan menuju pemulihan masih terjal dan panjang.
Data itu juga menimbulkan ekspektasi ekonomi menggeliat kembali seiring dampak kebijakan pemerintah. Beijing meningkatkan penyesuaian kebijakan dalam beberapa minggu terakhir, termasuk memangkas Giro Wajib Minimum (GWM) pada beberapa bank yang memberi kredit pada UKM dan sektor pertanian. Kementerian Keuangan juga sedang mempercepat alokasi anggaran untuk proyek penting, seperti konstruksi rel.
Kini pasar menunggu angka final indeks PMI versi HSBC yang akan diumumkan besok. Data PMI versi pemerintah mengukur aktivitas pada manufaktur skala besar, sedangkan versi HSBC merangkum kegiatan produksi dalam skala UKM.
Sebagai salah satu indikator penting yang mengukur momentum ekonomi, perbaikan angka mengindikasikan data lainnya di Mei juga akan positif. Data itu turut menimbulkan pandangan ekonomi sedang titik balik. Martin Lakos, direktur Macquarie Private Wealth, mengatakan kepada CNBC bahwa ada potensi pertumbuhan di kuartal ketiga mencapai 7,7%.
Seng Wun Soon, ekonom dari CIMB, melihat para pembuat kebijakan berhasil mengurangi risiko perlambatan tajam. Namun ia tidak terlalu optimis, dengan memperingatkan jangan berpuas diri dulu karena data dari China tidak seterusnya bagus. Menurutnya, permintaan ekspor masih kontraksi, dan permintaan domestik lebih didorong oleh stimulus. Alhasil, jalan menuju pemulihan masih terjal dan panjang.
Data itu juga menimbulkan ekspektasi ekonomi menggeliat kembali seiring dampak kebijakan pemerintah. Beijing meningkatkan penyesuaian kebijakan dalam beberapa minggu terakhir, termasuk memangkas Giro Wajib Minimum (GWM) pada beberapa bank yang memberi kredit pada UKM dan sektor pertanian. Kementerian Keuangan juga sedang mempercepat alokasi anggaran untuk proyek penting, seperti konstruksi rel.
Kini pasar menunggu angka final indeks PMI versi HSBC yang akan diumumkan besok. Data PMI versi pemerintah mengukur aktivitas pada manufaktur skala besar, sedangkan versi HSBC merangkum kegiatan produksi dalam skala UKM.