Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

01 Agustus 2013

WTI Naik di Hari Kedua Pasca Gain Bulanan Terbesar Sejak Agustus

Bloomberg (01/8) – Minyak WTI naik untuk hari kedua setelah menghentikan gain bulanan terbesarnya sejak bulan Agustus yang lalu seiring dengan cadangan minyak di Cushing yang merosot menuju 15 bulan terendah dan juga diiringi pertumbuhan A.S yang tumbuh melebihi proyeksi. Kontrak berjangka naik sebanyak 0.6% di New York setelah naik banyak dalam tiga pekan kemarin, sementara itu  cadangan yang ada di Cushing, Oklahoma titik pengiriman WTI, turun sebanyak 1.9 Milyar barel pekan lalu, berdasarkan rilis data pemerintah, tingkat GDP tahunan A.S naik sebanyak 1.7% di kuartal kedua, seperti yang dikatakan oleh departemen perdagangan yang dibandingkan dengan sebuah perkiraan gain sebesar 1% oleh para ekonom dalam survey Bloomberg. WTI untuk pengiriman September berada dilevel harga $105.61 per barel, naik 58 sen, dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange pada jam 11:03 pagi di Sidney, dengan volume seluruh kontrak yang diperdagangkan sebanyak 43% berada dibawah rata-rata 100 hari, kontrak tersebut naik sebanyak $1.95 menjadi $105.03 dihari kemarin, yang naik banyak sejak tanggal 10 Juli, selain itu harga-harga gain sebesar 8.8% dibulan Juli. Brent oil untuk settlement bulan September naik sebanyak 38 sen atau sebesar 0.4% menuju ke level harga $108.08 per barel pada London-based ICE Futures Europe exchange, acuan Eropa tersebut berada dilevel premium sebanyak $2.44 bagi Minyak berjangka WTI dari sebanyak $2.67 dihari kemarin.Total cadangan minyak mentah A.S meningkat sebanyak 431.000 per barel pekan lalu, menurut EIA (Energy Department’s statistical arm), yang diperkirakan menurun sebanyak 2.45 Juta barel berdasarkan estimasi median yang terdiri dari 12 analis pada survey Bloomberg.(tito)