Kontak Perkasa, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat di awal pekan ini. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan menanti rilis data inflasi mempengaruhi laju IHSG.
Analis PT Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, IHSG masih akan terus berupaya menguat. Sejumlah faktor mendukung penguatan IHSG antara lain nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS seiring indeks dolar AS yang tertekan.
William menambahkan, pelaku pasar juga menanti rilis data inflasi pada awal bulan yang diprediksi masih terkendali. Oleh karena itu, ia prediksi IHSG masih berada di zona positif pada awal pekan ini."IHSG akan bergerak di kisaran 6.502-6.713," ujar William dalam ulasannya, Senin (26/2/2018).
Sementara itu, Analis PT Binaaartha Sekuritas Nafan Aji memprediksi IHSG masih rawan koreksi. IHSG akan bergerak di level support 6.599-6.578 pada awal pekan ini. Nafan menuturkan saat ini sepi sentimen di pasar saham terutama dari domestik. Hal ini akan pengaruhi gerak IHSG.
Di sisi lain, sentimen eksternal juga bayangi laju IHSG terutama isu suku bunga the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
"Isu the Federal Reserve dalam menaikkan tingkat suku bunga pada Maret nanti akan pengaruhi pergerakan IHSG," kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Untuk pilihan saham, Nafan memilih saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
"Akumulasi beli saham SRIL pada area level 336-342 dengan target harga secara bertahap 362,396, dan 428. Support di 330," kata dia.Sedangkan William memilih saham SRIL, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) untuk dicermati pelaku pasar.
IHSG Menguat pada Akhir Pekan Lalu
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bergerak di zona positif menjelang akhir pekan ini. Penguatan IHSG terjadi di tengah bursa saham Asia yang menghijau dan sektor saham aneka industri naik tajam.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 23 Februari 2018, IHSG menguat 26,74 poin atau 0,41 persen ke posisi 6.619,80. Indeks saham LQ45 menguat 0,41 persen ke posisi 1.109,74.
Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.Ada sebanyak 207 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. Sedangkan 154 saham melemah sehingga tahan penguatan IHSG. 114 saham lainnya diam di tempat.Pada Jumat pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.659,26 dan terendah 6.608,53.
Transaksi perdagangan saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 391.170 kali dengan volume perdagangan saham 15,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,1 triliun.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 204,97 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.663.Sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sebagian besar menguat kecuali sektor saham industri dasar turun 0,54 persen dan sektor saham konstruksi melemah 0,15 persen.
Sedangkan sektor saham aneka industri menanjak 2,16 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham tambang dan perdagangan masing-masing menguat 0,63 persen dan 0,62 persen.
Saham-saham yang cetak penguatan antara lain saham BBRM naik 34,55 persen ke posisi Rp 74, saham BOSS melonjak 25 persen ke posisi Rp 1.750 per saham, dan saham AISA menanjak 22,02 persen ke posisi Rp 665 per saham.
Bursa saham Asia cenderung menguat. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,7 persen, indeks saham Singapura menguat 1,28 persen, indeks saham Shanghai menanjak 0,63 persen, indeks saham Taiwan mendaki 1,24 persne, dan indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,97 persen.
Analis PT Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, IHSG masih akan terus berupaya menguat. Sejumlah faktor mendukung penguatan IHSG antara lain nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS seiring indeks dolar AS yang tertekan.
William menambahkan, pelaku pasar juga menanti rilis data inflasi pada awal bulan yang diprediksi masih terkendali. Oleh karena itu, ia prediksi IHSG masih berada di zona positif pada awal pekan ini."IHSG akan bergerak di kisaran 6.502-6.713," ujar William dalam ulasannya, Senin (26/2/2018).
Sementara itu, Analis PT Binaaartha Sekuritas Nafan Aji memprediksi IHSG masih rawan koreksi. IHSG akan bergerak di level support 6.599-6.578 pada awal pekan ini. Nafan menuturkan saat ini sepi sentimen di pasar saham terutama dari domestik. Hal ini akan pengaruhi gerak IHSG.
Di sisi lain, sentimen eksternal juga bayangi laju IHSG terutama isu suku bunga the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
"Isu the Federal Reserve dalam menaikkan tingkat suku bunga pada Maret nanti akan pengaruhi pergerakan IHSG," kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Untuk pilihan saham, Nafan memilih saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
"Akumulasi beli saham SRIL pada area level 336-342 dengan target harga secara bertahap 362,396, dan 428. Support di 330," kata dia.Sedangkan William memilih saham SRIL, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) untuk dicermati pelaku pasar.
IHSG Menguat pada Akhir Pekan Lalu
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bergerak di zona positif menjelang akhir pekan ini. Penguatan IHSG terjadi di tengah bursa saham Asia yang menghijau dan sektor saham aneka industri naik tajam.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 23 Februari 2018, IHSG menguat 26,74 poin atau 0,41 persen ke posisi 6.619,80. Indeks saham LQ45 menguat 0,41 persen ke posisi 1.109,74.
Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.Ada sebanyak 207 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. Sedangkan 154 saham melemah sehingga tahan penguatan IHSG. 114 saham lainnya diam di tempat.Pada Jumat pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.659,26 dan terendah 6.608,53.
Transaksi perdagangan saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 391.170 kali dengan volume perdagangan saham 15,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,1 triliun.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 204,97 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.663.Sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sebagian besar menguat kecuali sektor saham industri dasar turun 0,54 persen dan sektor saham konstruksi melemah 0,15 persen.
Sedangkan sektor saham aneka industri menanjak 2,16 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham tambang dan perdagangan masing-masing menguat 0,63 persen dan 0,62 persen.
Saham-saham yang cetak penguatan antara lain saham BBRM naik 34,55 persen ke posisi Rp 74, saham BOSS melonjak 25 persen ke posisi Rp 1.750 per saham, dan saham AISA menanjak 22,02 persen ke posisi Rp 665 per saham.
Bursa saham Asia cenderung menguat. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,7 persen, indeks saham Singapura menguat 1,28 persen, indeks saham Shanghai menanjak 0,63 persen, indeks saham Taiwan mendaki 1,24 persne, dan indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,97 persen.