Kontan (1/4) -- Mata uang 17 negara menunjukkan pergerakan melemah pada transaksi pagi ini (1/4). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.01 waktu Tokyo, euro melemah 0,1% menjadi US$ 1,2806 setelah keok 1,8% pada bulan lalu. Sementara, jika berhadapan dengan yen, posisi euro tak banyak mencatatkan perubahan di level 120,77 yen. Sedangkan nilai tukar yen berada di level 94,33 per dollar atau 0,1% lebih lemah dari posisi penutupan pada 29 Maret lalu. Pelemahan euro terjadi seiring kondisi ekonomi Eropa yang masih terus dilanda prahara. Kondisi itu memangkas tingkat permintaan euro. Selain itu, pelaku pasar juga menunggu data tingkat pengangguran di Benua Biru. Analis memprediksi, angka pengangguran Eropa pada Februari akan melonjak ke rekor tertingginya. "Saya tidak melihat katalis apapun untuk membeli euro," jelas Teppei Ino, analis Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd. Dia memprediksi, euro akan melemah hingga ke posisi US$ 1,268. Ini merupakan level terlemah sejak 13 November lalu. Sekadar informasi, mata uang Jepang mencatat pelemahan sebesar 1,8% di sepanjang Maret. Dengan demikian, pelemahan yen sudah berlangsung selama enam bulan berturut-turut yang merupakan periode pelemahan terlama sejak 2001. Haro ini, pasar finansial di Australia dan Eropa masih ditutup karena libur nasional.