Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

17 April 2013

Kejatuhan emas telah memberikan peluang beli untuk bank-bank sentral

Bloomberg, (16/4) - Penurunan terbesar harga emas sejak tahun 1983 telah membuat bank-bank sentral berfikir pada apakah logam ini cukup murah untuk bisa meningkatkan investasi. Gubernur bank sentral Sri Lanka mengatakan bahwa penurunan harga saat ini memberikan kesempatan bagi negara-negara untuk meningkatkan cadangan emasnya dan negara itu akan mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak emas sebagai cadangan negaranya. Bank of Korea mengatakan bahwa terjunnya harga emas bukanlah "masalah besar" karena memegang logam adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk diversifikasi cadangan mata uang. Asisten gubernur Reserve Bank of Australia mengatakan bahwa emas tidak memiliki "nilai intrinsik." Sementara itu, Gubernur bank sentral Afrika Selatan tidak akan menyesuaikan kebijakan cadangan negaranya. Bank-bank sentral memegang sekitar 19 persen dari semua emas yang pernah ditambang di dunia, dan tahun lalu telah meningkatkan kepemilikan mereka ke porsi paling besar sejak tahun 1964, menurut data dari World Gold Council yang berbasis di London. Logam, yang telah reli selama 12 tahun terakhir - terpanjang dalam setidaknya sembilan dekade terakhir, telah kehilangan 29 persen sejak naik ke rekor tertinggi di $ 1,921.15 per ounce pada September 2011 lalu. Emas untuk pengiriman segera jatuh ke $ 1,321.95 hari ini, terendah sejak Januari 2011, dan memantul naik 2,9 persen ke $ 1.387 pada pukul 11:18 pagi di London, memperkecil penurunan tahun ini menjadi 17 persen. Itu akan menjadi penurunan tahunan terbesar sejak tahun 1997. Harga merosot 14 persen dalam dua hari lalu hingga kemarin, terbesar sejak Februari 1983. Sejak mulai mengalami apresiasi pada tahun 2001, emas telah naik 409 persen dibandingkan dengan peningkatan sebesar 18 persen pada index saham Standard & Poor 500. Aksi jual sejak Jumat dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa Siprus akan terpaksa untuk menjual cadangan emasnya dan "berpotensi mencerminkan monetisasi yang lebih besar dari cadangan emas di bank sentral Eropa lainnya," kata Goldman Sachs Group Inc dalam laporannya hari ini. Negara kepulauan itu memiliki 13,9 metrik ton emas, menurut data dari World Gold Council. Penurunan logam sejak Jumat telah menyapu hampir $ 1 milyar kekayaan manajer hedge-fund, John Paulson dalam dua hari terakhir.  Paulson adalah investor terbesar di SPDR Gold Trust, exchange-traded produk bullion terbesar di dunia. Kepemilikan global dalam produk etp telah menurun 9,5 persen tahun ini menjadi 2,382.4 ton, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Aset tersebut mencapai rekor 2,632.5 ton pada bulan Desember lalu. Reli emas yang miliarder George Soros menyebutnya sebagai gelembung (bubble) di konvensi Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss tiga tahun lalu berlangsung selama 12 tahun hingga tahun 2012 karena investor bertaruh pada laju inflasi yang lebih cepat, stimulus bank sentral dan perbankan dan kekhawatiran utang yang akan memacu permintaan untuk logam sebagai perlindungan kekayaan. "Secara keseluruhan, turunnya harga emas memberikan kesempatan kepada berbagai bank sentral di seluruh dunia untuk memperbaiki kepemilikan mereka," Gubernur Bank Sentral Sri Lanka, Ajith Nivard Cabraal mengatakan hari ini dalam sebuah wawancara dengan Rishaad Salamat di Bloomberg Television. "Sebuah kesempatan yang memberi kita ruang untuk membeli dan menahannya dalam cadangan kita sendiri adalah akan menjadi salah satu hal yang menarik." (brc)