Kontak Perkasa Futures - Morgan Stanley memprediksi Indonesia bakal pulih lebih cepat dari masa pandemi Covid-19. Bersama Filipina dan India, Indonesia diperkirakan akan terkena dampak resesi global yang lebih rendah, berkat pertumbuhan struktural yang tinggi.
Peneliti INDEF Wahyudi Askar mengatakan, itu bisa saja berubah jika kebijakan-kebijakan dari dalam negeri tidak berjalan dengan baik. Apalagi, penelitian yang dibuat Morgan Stanley bersifat modelling dan dilakukan ketika kondisi ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik.
"Itu berdasarkan model kemarin, model hari ini. Semua bisa terjadi ke depan. Itu yang tidak bisa diprediksi oleh modelling secanggih apapun. Jadi ketika kemudian pemerintah salah mengambil ekonomi kesehatan ke depan, pemodelan itu berarti sia-sia," kata Wahyudi dalam sesi diskusi virtual INDEF, Selasa (2/6/2020).
Salah langkah kebijakan yang dimaksud adalah tidak pro dalam mendukung usaha kecil masyarakat. Jika hanya mementingkan urusan pengusaha besar, maka Wahyudi menilai akan ada harga mahal yang harus dibayar.
"Misal pemerintah lakukan kebijakan yang tidak pro ke masyarakat rentan, tidak pro ke usaha mikro atau mungkin petani dan lebih mengutamakan kepentingan pengusaha. Di jangka pendek itu cukup bagus untuk recovery ekonomi Indonesia, tapi setelah dua tahun bsia jadi outputnya ketimpangan ekonomi yang semakin besar," paparnya.
Waktu beberapa bulan ke depan menjadi sangat krusial. Wahyudi optimis ekonomi bisa cepat pulih, namun waktu beberapa bulan ke depan harus bisa dimaksimalkan dan jangan sampai salah langkah.
"Proses beberapa bulan ke depan harus berlandaskan sains dan berpihak kepada kepentingan ke masyarakat luas," sebutnya.
Tidak jauh berbeda, Peneliti INDEF lainnya Zulfikar Rahmat pun menilai recovery Indonesia bisa terjadi cepat jika pemerintah bisa serius dalam menanganinya.
"Perlu dicatat, studinya itu mengatakan apabila covid-19 tidak memuncak pada kuartal kedua 2020. Jadi jika pemerintah malah membuat kebijakan yang kemungkinan akan membuat kasus Covid-19 memuncak lagi bisa jadi studi ini ngga jadi kenyataan," katanya.
Source CNBC Indonesia