Kontak Perkasa Futures - Harga emas dunia pada perdagangan Selasa pagi kemarin (21/4/2020) melorot karena dilibas dolar AS alias greenback yang menguat terhadap mata uang utama dunia lainnya. Padahal pada Senin malam, harga emas dunia sempat reli karena kejatuhan harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI).
Pada perdagangan Senin, harga emas global di pasar spot mencoba merangkak naik lebih dari 1% saat harga minyak mentah kontrak berjangka pengiriman Mei acuan Negeri Paman Sam yakni WTI anjlok lebih dari 100% dan berada di zona negatif.
"Harga emas naik karena berbagai stimulus moneter yang digelontorkan olah bank sentral global serta kejatuhan harga minyak yang semakin mengingatkan kita bahwa periode pemulihan ekonomi masih terlihat jauh" kata Edward Moya, analis senior di Broker OANDA, sebagaimana diberitakan Reuters.
"Susah rasanya membayangkan aset-aset berisiko untuk bersinar pada pekan ini, dan sentimen ini akan menjadi support [batas bawah] untuk harga emas. Jika harga emas berhasil kembali naik ke US$ 1.700 maka bukan tak mungkin harga emas bisa menuju level selanjutnya di US$ 1.800," tambahnya.
Polling
Kelonggaran moneter yang diterapkan bank sentral global telah memicu turunnya imbal hasil obligasi dan kemungkinan terjadinya inflasi.
Ketika obligasi tak menawarkan imbal hasil yang menarik serta nilai dari aset akan tergerus akibat inflasi, investor akan cenderung lari ke emas. Hal ini memberikan ruang yang leluasa untuk harga emas kembali meningkat.
Namun yang terjadi pada Selasa pagi Kemarin adalah sebaliknya. Pada 09.35 WIB, Selasa, harga emas dunia spot turun 0,35% ke level US$ 1.687,67/troy ons.
Mengacu data Kitco, harga emas spot juga masih turun 1,06% di level US$ 1.677/troy ons pada Selasa malam waktu Indonesia, pukul 23.00 WIB. Sementara, berdasarkan data CNBC International, tadi malam, harga emas berjangka (futures) untuk pengiriman Juni di bursa COMEX melemah 1,07% di level US$ 1.692/troy ons.
Secara year to date harga emas dunia di pasar berjangka sudah melesat 29,12%, dengan harga futures tertinggi US$ 1.718/troy ons secara harian.
Terkoreksinya harga emas tak lepas dari penguatan dolar AS. Penguatan dolar AS tercermin dari kenaikan indeks dolar yang mengukur mata uang greenback di hadapan enam mata uang lain. Selasa pagi, indeks dolar menguat 0,18% dan memantapkan posisinya di 100,132.
Namun di sisi lain, berdasarkan polling yang dihimpun Reuters dari 37 analis dan trader, rata-rata harga emas untuk tahun 2020 dan 2021 akan berada di level yang lebih rendah dari harga tertingginya sekarang.
Pada 2020 harga rata-rata logam mulia diperkirakan mencapai US$ 1.639/troy ons. Sementara untuk harga rata-rata pada 2021 diperkirakan berada di US$ 1.655/troy ons. Sekedar mengingatkan ini adalah harga rata-rata, bukan berarti harga emas tak bisa naik tinggi lagi.
Emas ditransaksikan dalam mata uang dolar, sehingga penguatan dolar membuat harga emas yang sudah mahal makin mahal terutama untuk pemegang mata uang lainnya. Sehingga berpotensi menggerus harga emas.
Beberapa analis bahkan memperkirakan harga emas bisa terbang tinggi seperti pada 2011 yang sempat mencapai US$ 1.920,3/troy ons.
PT Kontak Perkasa Futures
PT kontak perkasa
PT kp press
Source CNBC Indonesia