PT. Kontak Perkasa Futures - Harga emas terus dan terus mencetak rekor selama 6 hari berturut-turut. Pada perdagangan Kamis lalu (8/8/2019), emas telah mencetak rekor menembus harga psikologis ke Rp 704.000/gram.
Harga tersebut bahkan naik 1% dibanding dengan harga di perdagangan Rabu (7/8/2019) di 697.000/gram. Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam Kamis kemarin, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 70,4 juta dari harga kemarin Rp 69,7 juta per batang.
Kenaikan harga emas Antam ini sejalan dengan naiknya harga emas di pasar spot global yang juga menembus level psikologis US$ 1.500 per troy ounce.
Namun setelah rekor 6 hari, pada Jumat kemarin (9/8/2019), harga emas Antam turun Rp 1.000 menjadi Rp 703.000/gram.
Apa penyebab harga emas ini sebelumnya terus menguat dalam 6 hari? Apa mungkin harganya terus menguat dan tembus ke Rp 900.000/gram?
Perlu diketahui, harga emas pernah mencapai harga tertingginya di US$ 1.920,30 per troy ounce pada September 2011, berdasarkan data Refinitiv.
Pendongkrak kenaikan harga ini adalah adanya krisis keuangan Amerika yang akrab disebut subprime mortgage yang terjadi sejak 2008.
Kondisi ini membuat The Fed agresif menurunkan suku bunga. Dalam 2 tahun, Federal Reserve telah menurunkan suku bunga sebanyak lima kali dengan total penurunan 500 basis poin atau 5%.
Nah, saat ini global sedang dihantui kembali terjadinya perlambatan ekonomi. Beberapa faktor yang sama sudah mulai muncul, terutama langkah bank sentral untuk menurunkan suku bunga.
Pada Rabu (7/8/2019), beberapa bank sentral mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga acuannya.
Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) menurunkan suku bunga acuan 35 bps ke 5,4%. Kemudian Bank Sentral Thailand (BoT) juga menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 1,5%. Bank Sentral Selandia Baru (Reserve Bank of New Zealand/RBNZ) secara mengejutkan juga memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps).
Perkiraan kenaikan harga emas yang menembus Rp 900.000/gram ini ternyata bukan barang baru. Pendapat yang sama pernah disampaikan pada Juli lalu seiring dengan prediksi harga emas dunia yang diproyeksikan mencapai US$ 2.000 per troy ounce.
Satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram. Dengan hitungan itu, besaran US$ 2.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 64,31 per gram.
Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.100 per dolar AS maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 906.771 per gram.
David Roche, Presiden dan ahli strategi global dari Independent Strategy yang berbasis di London, memprediksi tren kenaikan harga emas dapat berlanjut karena tensi perang dagang masih ada.
"Saya meyakini saat ini pasar keuangan sekarang siap hancur seperti tumpukan pasir," ujar Roche, dilansir CNBC International. Dia juga turut menyarankan investor global untuk menahan portofolio investasinya di emas, obligasi pemerintah Eropa, dan obligasi terbitan pemerintah AS yaitu US Treasury.
Dia juga berpendapat bahwa perang dagang yang dipicu langkah-langkah agresif Amerika Serikat akan berdampak sangat luas, berskala besar, memicu konflik global, dan menekan ekspektasi pertumbuhan di pasar saham.
Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan secara analisis teknikal, secara jangka menengah outlook emas masih sama yakni menguat dengan target ke US$ 1.569 per troy ounce, sebelum level tersebut ada dua resisten (tahanan atas) yang kuat yakni US$ 1.526, dan US$ 1.540.
Pada perdagangan Jumat kemarin, CNBC International mencatat harga emas dunia turun 0,09% di level US$ 1.508 per troy ounce. Jika mengacu kurs Bank Indonesia per Jumat kemarin, Rp 14.195/US$, maka besaran per gram yakni US$ 48.48/gram atau Rp 688.174/gram.
Dengan kondisi tersebut dan sentimen yang mewarnainya, apakah sejarah harga emas menuju Rp 900.000/gram ini akan kembali terjadi?
Tak terbendung, harga emas 6 hari rekor.
www.cnbcindonesia.com/investment/20190810101755-21-91097/rekor-terus-sampai-level-berapa-harga-emas-meroket