PT. KONTAKPERKASA FUTURES - Dalam 4 tahun (2015-2018) kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), jumlah utang emiten karya membengkak. Pasalnya, pada masa pemerintahannya Jokowi gencar menjalankan proyek pembangunan yang biayanya bisa sampai ratusan triliun.
Dengan biaya yang setinggi itu, wajar jika emiten karya tidak mampu mendanai proyek mereka dengan kas internal.
Dari grafik di atas terlihat utang emiten karya yang banyak berkecimpung di proyek pembangunan jalan membengkak, dengan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) membukukan nilai utang tertinggi tahun lalu.
Tahun lalu PT Waskita Karya Tbk (WSKT) membukukan total utang paling tinggi dengan perolehan mencapai Rp 95,5 triliun, tumbuh hampir 4 kali lipat (363,5%) dibandingkan tahun 2015.
Kemudian disusul dengan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang di tahun 2018 total kewajibannya tercatat sebesar Rp 62,22%, naik 155,46% dibandingkan 4 tahun lalu.
Dengan tingkat utang yang sedemikian besar, mampukah emiten karya melunasi kewajibannya?
Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk menghitung kemampuan suatu perusahaan membayar utang adalah rasio arus kas terhadap utang (cash flow to debt ratio-CF/D).
Rasio CF/D dihitung dengan mengukur persentase total utang perusahaan yang dapat dilunasi dengan arus kas operasi. Arus kas operasi dipilih karena umumnya memiliki aliran uang tunai terbesar yang dapat dihasilkan perusahaan. Jadi semakin tinggi nilainya semakin baik.
Secara teori, hasil perhitungan CF/D juga dapat diinterpretasikan dalam tolak ukur tahun. Jadi berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk melunasi utang tersebut. Berdasarkan bahwa arus kas dan total utang konstan. Caranya nilai 1 dibagi dengan perolehan persentase yang telah didapat sebelumnya
Dari tabel di atas terlihat PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) memiliki kemampuan membayar yang lebih baik dibanding keenam emiten karya lainnya. Lalu dengan posisi neraca yang diasumsikan konstan, butuh waktu 4 tahun bagi perusahaan untuk melunasi utang tersebut.
Lebih lanjut, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menunjukkan performa terburuk, karena perolehan CF/D hanya sebesar 0,3%, di mana butuh waktu 336 tahun bagi perusahaan untuk lunasi utang-utangnya dengan menggunakan kas operasional (asumsi arus kas dan nilai utang konstan).
Wajar saja perusahaan butuh waktu sepanjang itu. Pasalnya, total utang perusahaan tahun lalu mencapai Rp 23,83 triliun, sedangkan arus kas hanya Rp 90,91 miliar
www.cnbcindonesia.com/market/20190703194111-17-82551/duh-emiten-karya-butuh-ratusan-tahun-lunasi-tumpukan-utang