PT. KONTAK PERKASA FUTURES - Pasca babak belur pada perdagangan kemarin (13/5/2019), bursa saham utama kawasan Asia kembali mengalami hal serupa pada hari ini. Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei jatuh 1,51%, indeks Shanghai anjlok 1,1%, indeks Hang Seng ambruk 2,1%, indeks Straits Times melemah 0,89%, dan indeks Kospi terpangkas 0,9%.
Perang dagang AS-China lagi-lagi menjadi faktor yang memicu sell-off di bursa saham Benua Kuning. Kemarin, China mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan. Seperti diketahui, pada hari Jumat (10/5/2019) AS resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%.
Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Barang-barang agrikultur menjadi sasaran dari pemerintah China.
Ketika berlaku pada tanggal 1 Juni, importir asal China akan membayar bea masuk yang lebih tinggi ketika mendatangkan produk agrikultur seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam dan kalkun dari Negeri Paman Sam.
Dalam sebuah pernyataan, China menyebut bahwa bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan kemarin telah membahayakan kepentingan kedua negara serta tak sesuai dengan ekspektasi dari dunia internasional, seperti dilansir dari CNBC International.
Sebelum perang dagang tereskalasi saja, perekonomian China terlihat sudah begitu tersakiti. Kemarin, penjualan mobil di China periode April 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 14,6% secara tahunan, jauh lebih buruk dibandingkan kontraksi bulan Maret yang sebesar 5,2% saja. Kontraksi pada bulan April menandai yang ke-10 secara beruntun.
Sebagai informasi, belum lama ini China resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.
Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat tumbuh sebesar 6,6%.
Mengingat status China sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, tekanan terhadap perekonomian China tentu akan membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian negara-negara lain.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190514090043-17-72251/lagi-perang-dagang-buat-bursa-saham-asia-babak-belur