PT. Kontak Perkasa Futures - Harga emas dunia melanjutkan tren koreksi pada hari Rabu (24/4/2019) pagi ini. Sejumlah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cemerlang menjadi dalang dibalik pelemahan harga emas yang sudah terjadi sejak Selasa (23/4/2019) kemarin.
Pada pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melemah 0,08% ke posisi US$ 1.272,2/troy ounce. Sedangkan harga emas di pasar spot terkoreksi 0,09% ke level US$ 1.270,96/troy ounce.
Awal pekan, AS mengumumkan penjualan barang-barang eceran periode Maret 2019 yang naik sebesar 1,6% secara bulanan. Peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2017, dan juga jauh membaik dibanding bulan Februari yang mana terjadi kontraksi 0,2%. Selain itu pertumbuhan penjualan ritel yang dibacakan juga melampaui konsensus yang hanya 0,9%, seperti yang dilansir dari Forex Factory.
Jika dicermati lebih dalam, penjualan barang-barang ritel inti (tidak termasuk penjualan mobil) AS pada bulan Maret 2019 mengalami ekspansi 1,2% dibanding bulan sebelumnya. Jauh lebih baik daripada capaian bulan Februari yang turun 0,2% dan mengalahkan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan 0,7%.
Selain itu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April 2019 juga dibacakan sebesar 192.000 atau turun 5.000 dibanding pekan sebelumnya. Bahkan jauh lebih kecil dibanding prediksi konsensus yang sebesar 207.000, mengutip Forex Factory.
Data-data tersebut memperlihatkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam masih tetap sehat. Alhasil investor makin bergairah berinvetasi pada instrumen berisiko, seperti saham.
Terbukti dengan lonjakan yang terjadi di bursa saham utama AS, Wall Street Selasa (23/4/2019) kemarin, yang mana indeks Dow Jones naik 0,55%, indeks S&P 500 melesat 0,88%, dan indeks Nasdaq Composite melejit 1,32%.
Bahkan Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup di level penutupan tertinggi sepanjang masa. Sementara itu, indeks Dow Jones hanya butuh apresiasi sebesar 1,1% lagi untuk mencapai level penutupan tertinggi sepanjang masa.
Dengan begitu daya tarik emas di mata para investor pun memudar. Maklum, keuntungan yang didapat dengan mengoleksi emas relatif lebih kecil dibandingkan instrumen lainnya.
Source : CBNC Indonesia
Pada pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melemah 0,08% ke posisi US$ 1.272,2/troy ounce. Sedangkan harga emas di pasar spot terkoreksi 0,09% ke level US$ 1.270,96/troy ounce.
Awal pekan, AS mengumumkan penjualan barang-barang eceran periode Maret 2019 yang naik sebesar 1,6% secara bulanan. Peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2017, dan juga jauh membaik dibanding bulan Februari yang mana terjadi kontraksi 0,2%. Selain itu pertumbuhan penjualan ritel yang dibacakan juga melampaui konsensus yang hanya 0,9%, seperti yang dilansir dari Forex Factory.
Jika dicermati lebih dalam, penjualan barang-barang ritel inti (tidak termasuk penjualan mobil) AS pada bulan Maret 2019 mengalami ekspansi 1,2% dibanding bulan sebelumnya. Jauh lebih baik daripada capaian bulan Februari yang turun 0,2% dan mengalahkan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan 0,7%.
Selain itu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April 2019 juga dibacakan sebesar 192.000 atau turun 5.000 dibanding pekan sebelumnya. Bahkan jauh lebih kecil dibanding prediksi konsensus yang sebesar 207.000, mengutip Forex Factory.
Data-data tersebut memperlihatkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam masih tetap sehat. Alhasil investor makin bergairah berinvetasi pada instrumen berisiko, seperti saham.
Terbukti dengan lonjakan yang terjadi di bursa saham utama AS, Wall Street Selasa (23/4/2019) kemarin, yang mana indeks Dow Jones naik 0,55%, indeks S&P 500 melesat 0,88%, dan indeks Nasdaq Composite melejit 1,32%.
Bahkan Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup di level penutupan tertinggi sepanjang masa. Sementara itu, indeks Dow Jones hanya butuh apresiasi sebesar 1,1% lagi untuk mencapai level penutupan tertinggi sepanjang masa.
Dengan begitu daya tarik emas di mata para investor pun memudar. Maklum, keuntungan yang didapat dengan mengoleksi emas relatif lebih kecil dibandingkan instrumen lainnya.
Source : CBNC Indonesia