Kontak Perkasa, Tokyo - Bursa Asia melemah di akhir pekan ini, dipicu investor yang khawatir jika kebijakan Presiden Donald Trump yang mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan mengenakan tarif impor produk baja dan aluminium, bisa meningkatkan momok perang perdagangan global.
Melansir laman Reuters, Jumat (2/3/2018), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen. Sementara Nikkei Jepang jatuh 2,4 persen.
Sebelumnya Wall Street tercatat melemah dengan indeks S&P 500 kehilangan 36,16 poin atau 1,33 persen menjadi 2.677,67. Ini sehari setelah para investor melakukan aksi jual akibat kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin akan menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan pada tahun ini.
Trump menyebutkan jika besaran pengenaan bea impor masing-masing 25 persen untuk baja dan 10 persen aluminium. Kebijakan ini akan diumumkan secara resmi minggu depan.
Investor khawatir keputusan Trump bisa memicu aksi balasan dari mitra dagang utama seperti China, Eropa dan negara tetangga Kanada yang bisa memukul perekonomian global.
Kecemasan itu digarisbawahi terkait respons cepat Kanada, di mana para pejabat di Ottawa mengatakan bahwa mereka akan membalas terhadap kebijakan tarif produk baja dan aluminium AS tersebut.
Kekhawatiran perang dagang dinilai berbahaya saat data ekonomi AS dilaporkan membaik. Dari laporan yang keluar Kamis, indeks manufaktur naik ke level tertinggi dalam 14 tahun. Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran juga mencapai level terendah dalam 48 tahun.
"Bahkan jika Anda memproduksi barang, jika seseorang tidak membelinya, Anda harus mengurangi produksi Anda, yang menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi global," kata Daisuke Uno, Kepala Ahli Strategi di Sumitomo Mitsui Bank.
Pasar Mata Uang
Di pasar mata uang, dolar menguat menyusul komentar bullish terkait perekonomian Amerika dari Gubernur Federal Reserve baru Jerome Powell.
Mata uang Euro melonjak kembali ke posisi US$ 1,2271, setelah mencapai level terendah tujuh minggu di US$ 1,21545.
Terhadap Yen, Dolar tergelincir ke posisi 106,12, merayap kembali ke level terendah 15 bulan di 105,545 pada 16 Februari.
Harga minyak juga berada di bawah tekanan, setelah turun lebih dari satu persen pada hari sebelumnya karena kebijakan perdagangan Trump yang menimbulkan kekhawatiran tentang ekonomi global.
Minyak mentah AS diperdagangkan pada posisi US$ 61,23 per barel, naik 0,4 persen pada hari Jumat setelah turun ke level terendah dua minggu di US$ 60,18 pada hari Kamis. Harga minyak turun 3,7 persen sejauh minggu ini.
Melansir laman Reuters, Jumat (2/3/2018), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen. Sementara Nikkei Jepang jatuh 2,4 persen.
Sebelumnya Wall Street tercatat melemah dengan indeks S&P 500 kehilangan 36,16 poin atau 1,33 persen menjadi 2.677,67. Ini sehari setelah para investor melakukan aksi jual akibat kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin akan menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan pada tahun ini.
Trump menyebutkan jika besaran pengenaan bea impor masing-masing 25 persen untuk baja dan 10 persen aluminium. Kebijakan ini akan diumumkan secara resmi minggu depan.
Investor khawatir keputusan Trump bisa memicu aksi balasan dari mitra dagang utama seperti China, Eropa dan negara tetangga Kanada yang bisa memukul perekonomian global.
Kecemasan itu digarisbawahi terkait respons cepat Kanada, di mana para pejabat di Ottawa mengatakan bahwa mereka akan membalas terhadap kebijakan tarif produk baja dan aluminium AS tersebut.
Kekhawatiran perang dagang dinilai berbahaya saat data ekonomi AS dilaporkan membaik. Dari laporan yang keluar Kamis, indeks manufaktur naik ke level tertinggi dalam 14 tahun. Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran juga mencapai level terendah dalam 48 tahun.
"Bahkan jika Anda memproduksi barang, jika seseorang tidak membelinya, Anda harus mengurangi produksi Anda, yang menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi global," kata Daisuke Uno, Kepala Ahli Strategi di Sumitomo Mitsui Bank.
Pasar Mata Uang
Di pasar mata uang, dolar menguat menyusul komentar bullish terkait perekonomian Amerika dari Gubernur Federal Reserve baru Jerome Powell.
Mata uang Euro melonjak kembali ke posisi US$ 1,2271, setelah mencapai level terendah tujuh minggu di US$ 1,21545.
Terhadap Yen, Dolar tergelincir ke posisi 106,12, merayap kembali ke level terendah 15 bulan di 105,545 pada 16 Februari.
Harga minyak juga berada di bawah tekanan, setelah turun lebih dari satu persen pada hari sebelumnya karena kebijakan perdagangan Trump yang menimbulkan kekhawatiran tentang ekonomi global.
Minyak mentah AS diperdagangkan pada posisi US$ 61,23 per barel, naik 0,4 persen pada hari Jumat setelah turun ke level terendah dua minggu di US$ 60,18 pada hari Kamis. Harga minyak turun 3,7 persen sejauh minggu ini.