Kontak Perkasa - Jakarta Sejumlah saham di sektor telekomunikasi tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini. Salah satunya saham milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), akibat keluarnya investor asing di bursa lokal sejak Rabu (11/10/2017).
Investor asing melakukan nett selling untuk saham berkode TLKM sebesar Rp 225,7 miliar, pada Rabu pagi (11/10/2017). Kemudian saat penutupan, saham TLKM di posisi Rp 4.400 atau turun 130 basis poin.
Adapun perdagangan saham Rabu (11/10/2017), ditutup turun ke level 5,882.78 (-0.38 perse) atau 22 poin, IHSG diwarnai net sell foreign lebih kurang Rp 800 miliar.
Kemudian pada Kamis ini (12/10/2017), hingga penutupan perdagangan sesi I, TLKM mulai menghijau dengan naik 40 basis poin di Rp 4.440 basis poin.
VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo menyatakan, operator pelat merah ini merupakan saham big cap paling likuid di bursa lokal. Ini membuat investor asing ingin mengurangi exposure-nya terhadap market Indonesia, di mana paling mudah menjual saham TLKM, karena bisa cepat terjual dalam jumlah besar.
Dia mengaku, pelemahan nilai tukar Rupiah dalam 2 minggu terakhir juga memberikan tekanan lebih tinggi, mengingat sebagian besar investor asing berbasis di Amerika Serikat. Adapun pada 28 September, nilai tukar dolar AS menembus Rp 13.500.
“Di semester I-17, saham Telkom tumbuh cukup baik mencapai 20 persen year to date Juni, di antaranya didorong kenaikan dividen menjadi 70 persen di awal tahun serta kinerja di kuartal I dan kuartal kedua yang sangat baik. Sehingga valuasi Telkom saat ini cukup tinggi, dengan PE Ratio sekitar 20x dan EV/Ebitda sekitar 7.5x.,” jelas dia.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk alami tekanan didorong aksi jual investor asing.
"Bulan ini saja tercatat aksi jual (saham Telkom) Rp 2 triliun. Sedangkan net sell investor asing di saham EXCL dan ISAT tidak cukup banyak. Kita perkirakan aksi jual itu menekan saham Telkom dalam dua hari ini," jelas Alfred sebelumnya.
Ia menambahkan, faktor yang mendorong aksi jual investor asing tersebut pun belum cukup jelas. Apalagi dilihat secara fundamental, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, menurut Alfred, mencatatkan kinerja baik.
Saham Telkom diprediksi akan menguat pada hari ini karena sektor telekomunikasi masih menarik hingga akhir tahun. "Ini didukung dari dominasi Telkom dibandingkan pesaing-pesaingnya. Cakupan Telkom lebih luas," kata Alfred.
Analis dari Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengakui, beredar berbagai spekulasi perihal pergerakan saham Telkom kemarin. “Mulai dari antisipasi keluarnya kinerja Telkom untuk kuartal III-17, ada yang bilang saham Telkom sudah overvalue, dan lainnya. Kalau saya lihat ini lebih ke antisipasi keluarnya laporan kinerja,” jelas dia.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tasrul mengatakan, secara teknikal, justru ini menjadi momentum untuk masuk membeli saham Telkom.
Dia memprediksi, koreksi harga saham ini mulai tertahan. Jika dilihat, distribusi volume saham Telkom sejak naik 105 minggu terakhir berada di kisaran level Rp 3.900-Rp 4.200. Level ini menjadi area support, dengan catatan level support terdekat Rp 4.350 tidak mampu dipertahankan.
Sementara, selama 11 pekan terakhir, harga saham Telkom turun di kisaran Rp 4.650-Rp 4.700 per saham. Level ini menjadi resistance area. Sehingga, rekomendasi buy on weakness dengan posisi normal trading range di level Rp 4.200-Rp 4.700 per saham.
Selain saham Telkom, Saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) ikut tergelincir 4,68 persen ke posisi Rp 3.460 per saham. Saham EXCL sempat berada di level tertinggi 3.620 dan terendah 3.400. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 3.211 kali dengan nilai transaksi Rp 31,6 miliar.
Gerak dua saham telekomunikasi itu berbeda dengan saham PT Indosat Tbk (ISAT). PT Indosat Tbk mencatatkan kenaikan harga saham 2,81 persen ke posisi Rp 6.400 per saham. Saham ISAT sempat berada di level tertinggi 6.400 dan terendah 6.175. Total nilai transaksi harian saham Rp 1,4 miliar.