PT. KONTAK PERKASA - Program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerlukan kebutuhan bahan baku penunjang signifikan guna mewujudkan visi tersebut.
Saat ini, sebanyak 35%-40% bahan baku utama pendukung pembangunan infrastruktur ditopang oleh semen dan baja. Dari jumlah itu, 60%-70% bahan baku baja sudah berasal dari barang impor.
"Itu faktor utama pendukukung kebutuhan pembangunan infrastruktur. Sebanyak 60%-70% baja sudah impor, jadi bahan baku semen diharapkan bisa swasembada domestik," ujar Ketua Apindo Danang Girindrawardana dalam rilisnya, Jakarta, Selasa (28/3/2017).
Menurutnya, saat ini dirasa sudah mendesak untuk merealisasikan tercapainya kemandirian produksi semen nasional, sehingga mencukupi kebutuhan pembangunan infrastruktur. Jika pemerintah Indonesia gagal mendorong terciptanya kemandirian produksi semen nasional, maka akan terjadi gejolak harga di pasar sebab dikuasai pemain asing dan swasta.
Terjadinya gejolak harga semen itu akan berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur yang digagas Presiden Jokowi. Harga semen milik pemain asing dan swasta pasti menjadi lebih mahal dibanding produksi nasional.
"Kalau kita tidak swasembada semen, maka harga akan diserahkan ke mekanisme pasar. Harga jualnya lebih mahal daripada semen nasional. Sedangkan kalau pemerintah membeli dari semen BUMN itu murah harganya," tutur Danang.
Berdasarkan penilaian itu, Danang berpendapat, Jokowi tidak akan mengerdilkan peran BUMN semen. Dia merasa, Jokowi memiliki kepentingan tercukupinya stok semen nasional, sebab harga terjangkau untuk memuluskan pembangunan infrastruktur.
"Jadi, pemerintah berhak mengintervensi produksi semen nasional agar tidak terjadi gejolak harga yang tinggi. Kalau harga semen tinggi, Nawa Cita tidak akan berhasil karena harga yang sulit terjangkau," ujar dia.
Simak juga : PT. KONTAK PERKASA
Sumber : ekbis.sindonews
Saat ini, sebanyak 35%-40% bahan baku utama pendukung pembangunan infrastruktur ditopang oleh semen dan baja. Dari jumlah itu, 60%-70% bahan baku baja sudah berasal dari barang impor.
"Itu faktor utama pendukukung kebutuhan pembangunan infrastruktur. Sebanyak 60%-70% baja sudah impor, jadi bahan baku semen diharapkan bisa swasembada domestik," ujar Ketua Apindo Danang Girindrawardana dalam rilisnya, Jakarta, Selasa (28/3/2017).
Menurutnya, saat ini dirasa sudah mendesak untuk merealisasikan tercapainya kemandirian produksi semen nasional, sehingga mencukupi kebutuhan pembangunan infrastruktur. Jika pemerintah Indonesia gagal mendorong terciptanya kemandirian produksi semen nasional, maka akan terjadi gejolak harga di pasar sebab dikuasai pemain asing dan swasta.
Terjadinya gejolak harga semen itu akan berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur yang digagas Presiden Jokowi. Harga semen milik pemain asing dan swasta pasti menjadi lebih mahal dibanding produksi nasional.
"Kalau kita tidak swasembada semen, maka harga akan diserahkan ke mekanisme pasar. Harga jualnya lebih mahal daripada semen nasional. Sedangkan kalau pemerintah membeli dari semen BUMN itu murah harganya," tutur Danang.
Berdasarkan penilaian itu, Danang berpendapat, Jokowi tidak akan mengerdilkan peran BUMN semen. Dia merasa, Jokowi memiliki kepentingan tercukupinya stok semen nasional, sebab harga terjangkau untuk memuluskan pembangunan infrastruktur.
"Jadi, pemerintah berhak mengintervensi produksi semen nasional agar tidak terjadi gejolak harga yang tinggi. Kalau harga semen tinggi, Nawa Cita tidak akan berhasil karena harga yang sulit terjangkau," ujar dia.
Simak juga : PT. KONTAK PERKASA
Sumber : ekbis.sindonews