KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak duni turun pada Selasa pagi, setelah data menunjukkan produksiMANUFAKTUR Tiongkok terus mengalami kontraksi dan produksi minyak Rusia mencapai rekor tertinggi baru. Prospek melemahnya permintaan di Tiongkok, konsumen energi terbesar di dunia, dan peningkatan produksi Rusia menambah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan minyak global yang telah mendorong harga lebih rendah lebih dari 50 persen sejak pertengahan 2014, lapor AFP. Setelah tiga sesi berturut-turut naik pekan lalu, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember ditutup pada 46,14 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, turun 45 sen dari penutupan Jumat lalu. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, patokan minyak dunia, jatuh 77 sen menjadi 48,79 dolar AS di perdagangan London. "Ini secara keseluruhan hanya sebuah pasar yang kelebihan pasokan dengan permintaan yang tidak benar-benar cukup untuk membuat orang bersemangat," kata Kyle Cooper di IAF Advisors. Indeks pembelian manajer (PMI) resmi Tiongkok untuk sektorMANUFAKTURmenunjukkan aktivitas menyusut pada Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut. "PMI Tiongkok hanya sedikit mengecewakan, tapi itu cukup untuk memperbaharui sentimen bearish di seluruh pasar minyak," kata John Kilduff dari Again Capital. Tim Evans dari Citi Futures mengatakan "tidak ada urgensi" untuk melakukan penjualan pada Senin meskipun ada berita Tiongkok dan Rusia atau Iran bergerak lebih dekat dengan pencabutan sanksi internasional, yang telah membuat ekspornya tertatih-tatih. "Sebuah pelambatan ekonomi di Tiongkok dan perkembangan nuklir Iran rupanya tidak membuat berita lebih panjang, setidaknya sejauh pasar minyak yang bersangkutan," kata Evans. "Kami melihat kepuasan berisiko mengenai kelebihan fisik yang sedang berlangsung." Produksi minyak Rusia memecahkan rekor pasca-Soviet pada Oktober, naik menjadi 10,78 juta barel per hari, menurut Bloomberg News. Meskipun produksi Arab Saudi berkurang pada bulan lalu, sekitar 10,1 juta barel per hari, kerajaan ini tetap eksportir minyak mentah terbesar di dunia.