KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak dunia ditutup bervariasi (mixed) pada Kamis pagi, setelah laporan utama menunjukkan stok minyak mentah AS membengkak ke rekor tertinggi baru, menambah kelebihan pasokan di pasar global. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 12 sen menjadi 48,17 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP. Patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April, naik 1,15 dolar AS menjadi menetap di 57,54 dolar AS per barel di perdagangan London. Kedua kontrak berjangka telah turun tajam pada Selasa, di bawah tekanan dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran tentang berlimpahnya pasokan global. Departemen Energi AS (DoE) pada Rabu melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 4,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 6 Maret 6 menjadi 448,9 juta barel, tingkat tertinggi sejak dimulainya seri data mingguan pada 1982. Peningkatan ini sedikit di atas perkiraan 4,6 juta barel, menurut Bloomberg News. Gene McGillian dari Tradition Energy mengatakan pasar AS menunjukkan "sedikit ketahanan" dalam menghadapi laporan persediaan terbaru. "Dengan rekor baru dalam stok minyak mentah dan tertinggi baru di tingkat produksi, WTI masih memiliki prospek fundamental yang cukup lemah, sedangkan Brent terus bergerak lebih tinggi karena kepekaan terhadap risiko geopolitik dan kemungkinan kita akan melihat peningkatan permintaan dari program pembelian obligasi ECB," dia mengatakan. Bank Sentral Eropa (ECB) meluncurkan program pembelian obligasi pemerintah besar-besaran pada Senin, bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan di ekonomi 19 negara zona euro yang lamban. Mengambil pandangan lebih jauh lagi, McGillian mengatakan pasar sedang terus berkonsolidasi di atas posisi terendah enam tahun, yang didorong oleh pasokan berlebih. "Kami belum melihat perubahan itu." Dolar terus menanjak pada Rabu, mencapai tertinggi 12-tahun terhadap euro. Mata uang AS yang kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga cenderung mengekang permintaan. "Dolar AS yang kuat membatasi potensi kenaikan dalam harga minyak mentah," tambah Myrto Sokou, analis riset senior di broker Sucden Financial.